12 - Usaha yang sia-sia

285 45 0
                                    

⭐⭐⭐

°°°

Yoongi janji untuk bertemu dengan Jongin dan istrinya di sebuah cafe di kawasan Itaewon. Yoongi yang sudah datang lebih dulu melihat sepasang suami istri itu membawa anak mereka memasuki cafe dengan senyum ceria.

Seketika ia sadar kalau seharusnya ia juga sudah seperti Jongin sekarang. Padahal Yoongi lebih tua setahun daripada Jongin. Tapi Jongin yang lebih dulu mendapat kesempatan untuk menggandeng istri dan anaknya dengan bangga dihadapan semua orang. Seperti sekarang. Jongin menggandeng mereka memasuki cafe sampai duduk di hadapan Yoongi.

"Hyung! Kau masih sendiri? Bukannya kau sudah berjanji untuk membawa pasanganmu saat kita terkahir bertemu?" sapa Jongin, lebih tepatnya sapaan yang bercampur dengan sindiran. Krystal Jung, istri Jongin hanya menyapa dengan tersenyum manis sambil menggendong anak mereka.

Yoongi hanya bisa tersenyum seperti orang bodoh saat disapa seperti itu oleh Jongin. Tidak. Ia memang bodoh jika dihadapkan dengan masalah percintaan seperti ini. Semua pasal-pasal dan segala macam hal tentang hukum, yang menurut banyak orang sangat merepotkan, ia bisa hafal. Tapi tips dan trik untuk menarik seorang wanita, tidak ada yang Yoongi tahu.

"Aku tidak ada waktu untuk memikirkan hal seperti itu." Yoongi mengalihkan pandangannya pada si kecil Kim Taeun, anak laki-laki Jongin dan Krystal, "Tapi coba kulihat keponakan ku."

Yoongi memberi tanda kalau ia ingin menggendong Taeun yang berumur 10 bulan pada Krystal, dan wanita itu menyerahkan Taeun pada Yoongi. Pria itu menaruh Taeun ke dalam gendongannya dan kembali duduk. Ia memainkan pipi anak itu gemas.

"Hyung, biar ku beritahu seberapa enaknya saat sudah memiliki istri." Jongin memberi tanda agar Yoongi mendekat menggunakan tangannya.

"Diam kau. Ada anak kecil disini." ucap Yoongi tanpa menengok.

°°°

Min Yoongi menghabiskan hari bersama Jongin, Krystal, dan si kecil Taeun di Itaewon. Mereka tadi berpindah ke mall dan makan siang di restoran juga. Sebenarnya itu salah satu caranya untuk menghilangkan pikirannya tentang Seohyun. Terlebih setelah pertanyaan gadis itu tadi pagi.

Namun usahanya seperti sia-sia saat ia memasuki mobil. Seketika pikirannya kembali penuh dengan Seohyun. Bagaimana gadis itu bicara padanya, saat gadis itu mabuk, betapa putus asanya dia, dan saat gadis itu menangis mengkhawatirkan ibunya. Dan, yang terakhir, saat gadis itu menyuruhnya untuk tidak bertemu lagi. Itu yang paling menyakitkan.

Tapi nyatanya. Gadis itu menyapanya saat bertemu di perpustakaan. Gadis itu mengajaknya bicara juga tadi pagi.

Sebenarnya maunya apa?

Bagaimana Yoongi bisa tidak bertemu dengannya jika mereka saja tetanggaan. Kemungkinan mereka untuk bertemu walau hanya berpapasan sangat banyak.

Pria itu terlalu pusing dengan pikirannya lagi. Kemudian segera menjalankan mobilnya untuk pulang. Hujan deras tiba-tiba mengguyur Seoul. Yoongi menyalakan radionya dan mendengarkan beberapa lagu-lagu klasik yang setidaknya bisa sedikit menenangkannya.

Jalanan Seoul sedang tidak terlalu ramai. Rintik hujan yang jatuh cukup deras. Suara alunan musik klasik tadi cukup menenangkan Yoongi. Namun seketika pertanyaan Seohyun tadi pagi terbesit di pikirannya. Pertanyaan tentang bagaimana Yoongi bisa tahu tentang Taehyung. Bagaimana caranya menjelaskan tentang Taehyung pada Seohyun.

Pasti akan sangat menyakitkan kalau mengetahui ternyata pria yang ia cintai belum meninggalkan dunia ini dengan tenang.

Dari jauh, mata Yoongi menatap seorang gadis yang menggunakan hoodie biru tua sedang duduk di halte bus. Sekilas gadis itu mirip dengan Seohyun. Cahaya remang-remang dari lampu yang menyinari gadis itu membuat seakan-akan gadis itu bercahaya diantara kegelapan malam.

EPIPHANY | Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang