Taehyung ikut duduk di belakang. Tak ada yang bicara sampai saat mobil itu sudah memasuki kawasan kompleks apartment. Seohyun terlihat menengok ke arah Yoongi.
"Yoongi~ssi, aku ingin minta maaf karena perkataan ku tempo hari." ucap Seohyun tiba-tiba sambil mengulum bibirnya.
Tanpa menengok seakan tak tahu arah pembicaraan ini, Yoongi menjawab, "Yang mana?"
"Saat kau mengantarku ke rumah sakit. Aku harap itu tidak menyakiti hatimu." jelas Seohyun lagi.
"Sudah. Jangan dipikirkan lagi." jawab Yoongi masih fokus menyetir. Tidak menengok.
Mendengar cara bicara Yoongi yang tanpa menengok sama sekali, jujur, membuat hati Seohyun sakit. Tentu saja, pasti kalimat yang ia lontarkan saat itu melukai hati Yoongi. Atau setidaknya tersinggung. Walaupun sedikit.
"Oh, iya. Aku belum bertanya. Apa yang kau lakukan malam-malam begini di halte itu?" tanya Yoongi, saat Seohyun sedang sibuk pikirannya.
"Eo? Tadi aku pergi ke Myeongdong untuk berbelanja. Aku sengaja tidak membawa mobilku."
"Kenapa?"
"Kenapa aku tidak membawa mobil? A-aku hanya tak mau saja. Aku lebih memilih untuk memakai kereta bawah tanah atau bus saja, sambil menikmati perjalanan kalau saja aku menemukan inspirasi. Ah, aku belum memberitahumu kalau aku penulis." jelas Seohyun.
"Aku sudah tahu tentang itu. Tapi kenapa tidak memintaku mengantarmu saja?" tanya Yoongi. Seohyun hanya bisa membeku mendengar pertanyaan Yoongi barusan. Pria itu masih melontarkan banyak pertanyaan tanpa menengok sekalipun.
Dari jok kursi belakang. Taehyung mendengarkan semuanya, ia sudah bisa menebak kalau pada akhirnya pasti Yoongi akan memiliki perasaan kepada Seohyun. Dan, yang harus ia lakukan adalah segera meninggalkan dunia ini dengan tenang setelah ia melihat bahwa Seohyun bahagia bersama dengan Yoongi.
Mobil sudah mulai memasuki kawasan parkiran apartment. Seohyun belum menjawab pertanyaan Yoongi tapi gadis itu sudah berbalik menghadap jendela mobil di sampingnya. Setelah Yoongi selesai memarkirkan mobilnya, ia baru menghadap Seohyun.
"Seohyun~ssi, boleh aku bertanya?" tanya Yoongi. Gadis itu tak menjawab namun ia segera menghadap ke arah Yoongi. Mata mereka saling bertemu beberapa saat, namun karena merasa canggung, Seohyun segera menghadap ke depan.
"Mau tahu cara agar aku memaafkanmu?" Ada jeda sebentar karena Yoongi ingin mendengar jawaban Seohyun, "Kau harus mau aku membantumu menyelesaikan bukumu yang baru."
Mendengar perkataan itu, sontak Seohyun menengok, "Ne?"
Seohyun mengerjapkan matanya, "Aku tidak salah dengar? Bukankah itu malah akan menambah hutang budiku padamu?"
"Tapi setidaknya aku akan memaafkanmu. Anggap saja setelah aku bisa membantumu menyelesaikan buku barumu, semua hutang budimu akan hilang." Yoongi menaikkan bahunya tidak peduli, kemudian seraya menghadap ke depan ia menyilangkan tangannya di depan dada, "Bagaimana?"
"Apa-apaan itu?" Seohyun memikirkan sebentar penawaran Yoongi. Entah itu bisa disebutkan sebagai penawaran atau tidak. Tapi setidaknya ia tidak mendapat kerugian apapun. "Tapi bagaimana kau tahu kalau aku sedang menulis buku?"
"Kau pernah bilang saat kau mabuk."
Seohyun mengangguk mengertj kemudian menengok ke arah Yoongi lagi, "Baiklah aku mau."
Tak ada yang tahu, tapi di dalam tubuh Yoongi terasa seperti terdapat kembang api yang menyala-nyala. Wajahnya memang datar-datar saja, tapi hatinya sangat senang mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY | Min Yoongi
Fanfiction"Halo, kau bisa melihatku, 'kan?" Itu yang dikatakan hantu laki-laki pertama yang Yoongi lihat saat pindah ke apartement barunya. Hantu itu meminta tolong untuk bisa menjaga kekasihnya agar ia bisa tenang di alam sana. Tapi menjaga wanita dalam kamu...