Deven buru-buru turun dan berputar sehingga sekarang di depan pintu mobil dimana Anneth keluar. Tadi Anneth sudah menyerah dengan usahanya, Deven melihat itu semua. Pada dasarnya di dalam hati Deven ia tidak sepenuhnya marah pada Anneth, tapi orang diluar sana yang membuat hati Deven membara.
Tepat saat Anneth keluar dan menutup pintu mobil, Deven mengurung Anneth sampai gadis itu bersandar pada mobil Deven. Tangan kanannya berada di sebelah kepala Anneth mengurungnya. Beruntung parkiran apartemen indoor jadi walaupun hujan tidak akan kebasahan.
Deven menatap manik mata Anneth tajam, terlihat seperti mau mengeluarkan kekesalannya lagi. Anneth diam kaku karena jaraknya cukup dekat diantara keduanya. Cewek manapun jika di posisi seperti Anneth akan diam, gugup, dan seketika udara sekitar itu hilang. Pasti kan? Apalagi cowoknya Deven.
"Kenapa tadi pergi sampai lupa waktu?" Tanya Deven dingin dan begitu menusuk. Anneth susah payah menelan salivanya. Ia akhirnya hanya diam karena Anneth melihat ekspresi Deven yang tidak santai.
"Sorry," lirih Anneth. Ia mengaku kalau dirinya salah.
"Aku tarik ucapan aku tadi siang kalau kamu temuin aku beres project itu. Bukan berarti aku udah ngga kesel, tapi masih. Cuman bukan sama kamu lebih banyak sama orang-orang di luar sana,"
Anneth tersenyum mendengar ucapan Deven yang tidak sedingin barusan.
"Neth,"
"Hem?" Mereka masih asik saling tatap dalam jarak dekat.
"Kalau aku resmi-in shipper kita berdua, apakah nanti fanboy kamu setidaknya paham? Ngga buat aku kaya gini?" Tanya Deven serius. Anneth mengerutkan dahinya sekaligus terkekeh karena pertanyaan Deven.
"Dev.." Anneth mengangkat tangannya untuk mengelus pipi kanan Deven di depannya.
"Fans cowok aku biarin aja lagian aku respon mereka sewajarnya, kan cuman kamu yang spesial, lagian kita udah ngga nutupin hubungan kita dari media kok," Anneth mengedipkan satu matanya pada Deven, membuat Deven semakin gemas saja pada Anneth.
"Genit." Deven menarik hidung Anneth gemas. Anneth hanya tersenyum pada Deven sambil memejamkan matanya. Ah sangat menggemaskan.
"Kita udah ngga nutupin hubungan juga tetep aja kayak gini. Fans cowok kamu gila semua," Deven tersenyum devil.
"Katanya kamu juga fans aku, berarti kamu gila juga dong?"
"Iya, gila sama kamu karena cinta, hahahaha." Anneth mencubit perut Deven bisa-bisanya cowok itu yang awalnya ngambek langsung gombalin dia.
"Udah yuk masuk tadi mami nyariin khawatir," Deven merangkul Anneth. Mereka masuk ke dalam menuju kamar apartemen Anneth.
Selama di lift mereka asik becanda lagi. Deven yang posesif, lengannya tidak lepas merangkul bahu Anneth sepanjang jalan.
"Ih kok ada orang-orangan sawah ya disini, Neth?" Bisik Deven saat mereka di dalam lift. Anneth mendongkak menatap Deven.
"Mana? Aku ngga lihat," di lift hanya ada enam orang, dua diantaranya ya Anneth dan Deven.
"Sebelah aku kaya orang-orangan sawah tau," bisik Deven lalu lift terbuka dan ia langsung lari meninggalkan Anneth yang baru sadar dimaksud Deven adalah dirinya.
"Devennn!!" Teriak Anneth yang berlari mengejar Deven.
"Hahaha apa sayang?" Deven diam menunggu Anneth yang mengejarnya. Wajah Anneth terlihat kesal karena disebut orang-orangan sawah.
"Enak aja kamu bilang tadi. Cantik gini dibilang orang-orangan sawah!" Dumel Anneth sambil berdecak pinggang. Deven meniru gaya Anneth dan cara bicaranya tapi kesannya meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
K.I.T.A (Serial Sebuah Kisah)
Jugendliteratur~Cukup hanya ada KITA. Jangan ada Dia diantara KITA~ 3, August #kita 15 dari 5,17K