Hari terakhir UTS sudah di lewati oleh Deven. Ia lega karena selesai juga. Selama ini Deven mati-matian belajar untuk nilai yang terbaik semoga saja hasilnya akan baik juga.
"Senengnya selesai UTS. Jadi dong ke London?" Ledek Bianca yang baru datang dan melihat wajah Deven bersinar.
"Hahaha. Ya senenglah bebas dari beban sementara. Jadi kayaknya, Ca, aku udah tanya ke Prof. Ragnar kalau deket-deket ini ngga ada yang aku urusin," jawab Deven dengan senyuman lebarnya.
"Kapan kamu berangkat?"
"Minggu depan, Ca,"
"Be careful, Deven.."
"Iya thanks, Aca,"
Selesai urusannya di kampus, Deven pulang ke apartemennya. Ia memesan tiket pesawat online untuk keberangkatannya nanti. Sebelumnya, Deven sudah menanyakan alamat apartemen Anneth.
***
Waktu yang tunggu akhirnya tiba. Deven sekarang sudah sampai di Kota London. Sebelumnya Deven sudah menyesuaikan jadwal dengan Anneth dan ternyata sama-sama bisa.
Semalam Deven sampai di London dan dia langsung ke hotel untuk menginap dua malam karena dia tidak bisa lama-lama disini.
Pagi ini Deven sudah rapih dengan jeans denim yang sobek-sobeknya dan hoodie kebesarannya yang berwarna hitam sambil membawa tas kecilnya yang di selendangkan ke belakang punggungnya.
Deven naik taxi ke apartemen Anneth yang sudah diberi alamatnya sebelumnya. Dengan wajah senangnya ia semangat sampai tersenyum pada supir taxi saat turun.
Kakinya mulai melangkah ke lobby apartemen karena Anneth menunggunya disana. Tepat saat masuk pandangannya bertemu dengan tatapan Anneth yang pastinya menunggu kehadiran Deven.
"Heyy liatinnya gitu banget, hahaha," Deven berdiri di depan Anneth dan mengacak rambutnya. Anneth yang terlalu fokus menatap Deven sampai diam saja tidak menyahut sapaan Deven.
"Aku emang tambah ganteng, tapi biasa aja liatinnya, Neth," kekeh Deven. Ia mengusap wajah Anneth, gadis itu barulah sadar kalau sejak tadi asik menatap wajah Deven.
"Deveeeeennn," rengek Anneth.
"Hahahaa. Maaf maaf. Yaudah sekarang aku udah disini harus ngapain?" Tangannya gatal jika tidak menyisir rambut sendiri apalagi sekarang rambutnya mulai gondrong.
"Ke apartemen aku, disana Freya udah nungguin tinggal yang lain nyusul katanya," ucap Anneth. Mereka berdua pun masuk ke lift menuju lantai 20 dimana kamar apartemen Anneth berada.
Saat mereka berdua masuk, Freya masih asik menonton televisi tidak sadar ada yang masuk seolah dirinya masuk ke dalam film saja.
"Freya!! Come here my friend has come," (Kemarilah temanku sudah datang) panggil Anneth. Freya yang di teriaki langsung menoleh dan otomatis memandangi Deven.
Deven tersenyum ramah pada teman Anneth itu. Mereka saling berkenalan dan mengobrol ringan menanyakan identitas dan ya yang lainnya.
"Oh, so you guys have been friends for a long time? I guess you guys have a special relationship," (Oh jadi kalian berteman sudah lama? Aku kira kalian punya hubungan spesial) ucap Freya menatap keduanya bergantian. Anneth salah tingkah ditanya seperti itu karena dia tidak pernah cerita kalau pernah ada hubungan spesial dengan Deven.
"We are just long-time friends," (Kita hanya sahabat sejak lama) jawab Deven santai. Dia menanggapinya berusaha sesantai mungkin.
"Oh yeah, Neth, I'll pick Darren first okey," (Oh ya, Neth aku jemput Darren dulu okey) Anneth mengangguk dan tersenyum. Freya pergi membawa tasnya untuk menjemput Darren.
KAMU SEDANG MEMBACA
K.I.T.A (Serial Sebuah Kisah)
Jugendliteratur~Cukup hanya ada KITA. Jangan ada Dia diantara KITA~ 3, August #kita 15 dari 5,17K