33❣️

1.5K 163 65
                                    

Hari keberangkatan pun tiba. Mereka semua mengambil penerbangan pagi dari Bandara Soekarno-Hatta, sekitar jam setengah 7. Perjalanan kesana itu memakan waktu hampir 18 jam dengan transit satu kali di Hongkong. Waktu yang cukup lama berada dalam pesawat.

Mereka sekarang sudah berada di Bandara tinggal naik ke pesawat karena mereka sudah menyimpan koper dan mengecek semua barang bawaan.

Dan yang bucin, kalian pasti tahu akan seperti apa. Mereka nempel berdua ketawa-ketawa sementara Kak Amel sedang mengobrol dengan saudaranya, orang tua mereka ya jalan berdua-berdua dan mengobrol juga.

Deven dari tadi mengganggu terus Anneth yang sedang membuat boomerang ataupun foto untuk snapgram-nya.

"Sini kalau mau ikutan bilang jangan nyempil-nyempil gitu," ujar Anneth. Deven malah ketawa menanggapinya.

"Hahaha. Ngga ngga aku kegantengan nanti banyak yang naksir bahaya, yang,"

"Sekalian aku promosiin mau ngga?" Ledek Anneth. Deven sekarang merangkul Anneth.

"Mau emang aku dibagi-bagi?"

"Loh? Apa bedanya sekarang? Kamu juga dibagi-bagi kan?" Deven mengerutkan dahi tidak mengerti.

"Ah. Lola lupakan." Kekeh Anneth, ia pun melepas rangkulan Deven dan berjalan mendekati Kak Amel.

Mereka pun sekarang sudah di dalam pesawat. Deven dan Anneth duduk bersebelahan, tapi sebelah Anneth ada Kak Amel juga jadi Anneth duduk di tengah diantara kakak beradik itu.

Selama perjalanan mereka menghabiskan waktu sesekali dengan mengobrol atau mendengarkan musik dan menonton film yang tersedia. Malam hari mereka transit di Hongkong sekitar satu jam.

Anneth dengan wajah bangun tidurnya jalan pun sangat lambat membuat Deven yang disebelahnya gemas sendiri.

"Tidur aja tidur yang tapi kaki kamu jalan, palingan nabrak tembok," ledek Deven yang sengaja tidak menggandeng Anneth. Gadis itu mengerjapkan matanya dan membenarkan rambut sambil berusaha membuka mata.

"Hahahhaa. Sini dah peluk aja tapi jangan tidur," Deven menarik bahu Anneth lebih dekat dengan dirinya jadi memeluk dari samping dan Anneth menyandarkan kepalanya ke bahu Deven sambil berjalan mencari tempat duduk.

Akhirnya mereka menemukan tempat duduk. Deven menuntun Anneth duduk juga, ia tadi sudah menitip ke kakaknya untuk membelikan kopi panas untuk mereka berdua.

Sekarang Deven tidak terlalu suntuk karena perjalanan panjang ini. Giliran membangunkan Anneth karena gadis itu malah terlelap di sebelahnya setelah duduk tadi.

"Yang... Bangun." Deven menepuk-nepuk pipi Anneth yang gembul.

"Heem,"

"Bangun, minum dulu," bukannya membuka mata, Anneth malah membuka mulutnya membuat Deven terkekeh. Ia menyodorkan sedotan ke mulut Anneth, gadis itu langsung menyedot dan akibatnya kepanasan barulah membuka matanya.

"Aasshhh. Pa-panas," kelu Anneth yang memeletkan lidahnya karena kepanasan. Deven bukannya menolong malah menertawakan lebih dulu, untungnya Kak Amel yang dekat langsung peka dan memberikan air putih dingin.

"Hahahahhaa. Yaampun makannya bangun sayangku... Cintakuu.." Deven mengusap wajah Anneth dan membenarkan rambut panjangnya. Setelah minum Anneth memukuli paha Deven tanpa ampun.

"Jahat banget. Kasih tau dong kalau itu panas," nah, kan baru bangun tidur aja bisa langsung ngegas gini.

"Hahahhaa. Maaf.. maaf... Habisnya ngga bangun-bangun dari tadi aku bangunin,"

K.I.T.A (Serial Sebuah Kisah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang