~Happy Reading~
"Leon, tunggu!" teriak seorang gadis yang tengah menghampiri laki-laki yang akan memasuki mobilnya. Namun, niatnya ia urungkan ketika seorang gadis memanggilnya.
"Ada apa?" jawabnya dengan datar tanpa ekspresi sedikit pun.
"Kau, kau mau ke mana?" Napasnya memburu efek berlari menghampiri laki-laki itu.
"Ke rumah sakit, menemui Tara. Kenapa?" Jujur, untuk saat ini Leo sedang tidak ingin basa-basi. Namun, wanita yang berada di depannya ini teman dekat dia—Gabriell. Terpaksa laki-laki itu pun meluangkan waktunya.
"Untuk apa? Bukankah kau sudah tidak lagi memiliki hubungan apa-apa dengannya?" tanya Gabriell.
"Memang, tapi aku mencintai dia."
"Lalu, bagaimana denganku?"
"Maaf, aku hanya memainkanmu. Sama halnya seperti perempuan lain. Aku tidak benar-benar mencintaimu," ujar Leo. Perkataannya begitu menohok, membuat gadis itu menatapnya tidak suka.
"Brengsek! Lalu, hubungan kita selama ini?"
"Tidak lebih dari seorang teman. Gab, kau wanita cantik. Carilah pria yang baik, bukan mengejar pria brengsek sepertiku. Maaf," ucap Leo.
Gabriell sadar akan hal itu. Tetapi, kenapa begitu mudahnya Leo berkata seperti itu? Tidakkah sadar jika ucapannya membuat hati gadis itu terluka. Gabriell mengetahui sifat buruk Leo, dan ia memakluminya. Namun, haruskah ia melakukan ini kepadanya? Yang notabene-nya adalah kekasihnya? Ah, ralat. Leo hanya menganggapnya sebagai teman tidak lebih.
"Bolehkah, aku menamparmu?" Emosinya memburu, wanita mana yang akan menerima perlakuan yang begitu menyakitkan seperti ini.
"Tentu. Asalkan kau tidak mengangguku lagi. Tetapi, jika kau masih ingin berteman denganku, aku tidak masalah," ucapnya.
Plak!
"Sakit, Leon, sakit! Tapi, tidak masalah. Daripada aku harus memaksakan perasaanku, yang ada aku ditindas sama halnya dengan Tara. Ck! Menyedihkan."
Leo bergeming, tanpa membuka suaranya. Yang dikatakan Gabriel memanglah benar, gara-gara sikapnya yang kejam. Membuat rumah tangganya hancur, dan merasakan penyesalan yang mendalam.
"Sampaikan maafku kepada Tara, aku pergi. Terima kasih atas lukanya." Gabriel pun berlari menjauh dari Leon. Hatinya hancur, dadanya terasa sesak, air mata lolos dari pertahananya. Tetapi, begini jauh lebih baik. Daripada ia harus memaksakan perasaannya.
***
Leo menatap miris tepat pada sosok perempuan yang tengah tertidur lelap di atas brankar, terlihat dua orang yang tengah menunggu di dalam ruangan tersebut. Siapa lagi jika bukan Isma dan juga Ryzan. Tanpa ia sadari Ryzan menyadari kehadirannya.
Laki-laki itu pun keluar dari kamar tersebut, menghampiri Leo. Sorotan tajam terpatri jelas di kedua bola matanya. "Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Ryzan tidak suka akan kehadiran Leo di sana.
"Bukan urusanmu!" telak Leo.
"Kau kan yang menyuruh orang untuk mendorong Tara agar dia terjatuh? Kurang puas kau membuat Tara menderita, hah!" Ryzan berkata dengan tiba-tiba.
"Jaga bicaramu!"
Bugh!
"Seperti inikah pelajaran yang kau dapat saat kuliah? Di mana rasa sopan santunmu." Leo memukul wajah Ryzan tepat dibagian pipi kanannya. Berani sekali ia berbicara seperti itu kepadanya.
Isma yang tengah memejamkan matanya seketika terbangun, akibat suara kegaduhan yang membuat dirinya terkejut. Netranya menelusuri keadaan ruangan. Namun, tidak terlihat ada orang di sana. Kini, netranya beralih ke luar ruangan dan mendapati sosok Leo dan juga Ryzan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Please! [Sudah Terbit]
General FictionPernikahan itu adalah bencana. Menikah dengan seseorang yang memiliki harta berlimpah, ternyata tak menjamin sebuah kebahagiaan. Dia bertahan meski dikecam luka sekali pun. "Jika pun memang hamil, kenapa kau tidak menggugurkannya saja? Apa tarif ya...