~Happy Reading~
Melupakan memanglah sebuah keharusan, setelah ia terkontaminasi rasa, kini harus dipaksa membersihkan perasaannya. Ada yang janggal, ada hati yang tak bisa lepas. Namun, realita telah menentang keras perasaannya.
Sadar, siapa dirinya sekarang, harta bukanlah apa-apa jika tidak mempunyai cinta. Hidup hampir sempurna, sayang ... dirinya sendiri yang menghancurkannya, bukan hanya kehidupan Tara yang berhasil dibuat hancur, tetapi perasaannya pun sama.
Namun, apakah pantas seorang Leonard Joanne merasakan sebuah penyesalan? Sungguh tidak enak didengar bukan? direktur terkenal dengan sikap arogan dan juga dingin, kini lemah perkara cinta? Ah, ayolah itu menjijikan.
Terkenal dikelilingi banyak perempuan. Namun, kenyataan dihidupnya tampak sunyi-senyap, meski banyak wanita yang berkeliaran, tidak ada satu orang pun yang bisa menarik perhantiannya. Kecuali Tara Charlene, dengan kehadirannya yang begitu tiba-tiba. Namun, berhasil membuat Leo buta akan cinta.
Miris!
Kini, tubuh Leo bersandar di kursi miliknya, ia memejamkan matanya. Namun, ia tidak sedang tidur, seakan pria itu tengah menenangkan segala pikirannya. Ucapan memang tidak selalu searah dengan hati. Bisa saja sekarang ia menganggap semua wanita adalah mainan. Namun, tidak dengan hatinya yang terus mengemis meminta Tara untuk kembali.
Sudah hampir satu jam Leo bersandar, setelah pulang dari rumah sakit, ia langsung menemui klien dari perusahaan RUIN. Lalu, ia sekarang tinggal menunggu untuk rapat bersama manajer hotel flower.
Suara ketukan pintu di balik ruangannya itu membuyarkan semua lamunannya. "Masuk," ujar Leo. Seorang wanita cantik dengan pakaian rapi itu menghampiri Leo.
"Permisi, Pak. Salah satu direktur dari perusahaan RUIN mengajak untuk bertemu di sebuah restoran saja," ucap sekretaris—Nadia.
"Shareloc, sebentar lagi saya jalan, dan kamu ikut dengan saya," ujar Leo.
"Baik, Pak." Nadia pun meninggalkan ruangan Leo. Leo bangkit dari duduknya lalu merapikan kembali pakaian yang sempat terlihat urakan. Setelah itu ia langsung menuju restoran yang dimaksud.
Hanya menempuh waktu sekitar dua puluh menit saja, kini mereka sudah berada di restoran tersebut. Nadia, menatap sekeliling dan mendapatkan seorang pria berpakaian rapi yang tengah duduk di meja No. 04 yang tak lain adalah orang dari perusahaan Wushi.
"Maaf, menunggu lama," ucap Leo, lalu laki-laki itu pun mendaratkan bokongnya di kursi dan diikuti Nadia—sekretarisnya.
"Tidak masalah. Oh, ya, sebelumnya perkenalkan saya Ronald, direktur utama RUIN."
"Saya Leo, dan ini sekretaris saya, Nadia." Setelah mereka saling berjabat tangan, kini keduanya kembali fokus untuk tujuan utamanya.
"Saya mendapatkan kabar, jika tanah yang berada di pinggir kota milik perusahaan Goza, setahu saya tanah itu masih kosong dan juga lahannya sangat bagus untuk membangun sebuah perumahan. Saya ingin mengajak kerja sama. Bolehkah saya membangun perumahan di tanah milik anda? Di sini saya yang menjadi developer, kerugian ditanggung oleh perusahaan kami, dan untuk keuntungan akan dibagi menjadi dua."
Leo tampak mempertimbangkan tawaran tersebut, memang kerugian itu ditanggung oleh pihak developer. Namun, tetap saja, siapa yang menanggung resiko paling besar dialah yang mendapatkan bagian paling banyak.
Pada kenyataannya developer-lah yang akan menanggung resiko lebih besar. Karena developer mengerjakan proyek property di atas tanah milik orang lain, bukan pada tanah miliknya sendiri.
Apabila sudah mengerjakan proyek di suatu lokasi sudah dipastikan bahwa developer mengeluarkan biaya untuk pengerjaan itu. Walaupun pengerjaan proyek tersebut masih dalam tahapan land clearing, pengurugan dan pekerjaan tahap awal lainnya.
Sementara pemilik lahan bisa dikatakan lebih aman karena penyertaannya dalam proyek adalah berbentuk tanah yang tidak mungkin bisa dibawa kabur kemana pun.
Jadi jika terjadi kegagalan proyek maka developer akan kehilangan uang sedangkan tanah tidak hilang. "Perusahaan kami akan mempertimbangkannya."
"Baik, jika sudah mendapatkan keputusan, tolong segera hubungi perusahaan kami. Sebelumnya saya berterima kasih, anda sudah meluangkan waktunya," ucap Ronald.
"Sama-sama." Leo dan Ronald berjabat tangan tanda saling menghormati, setelah itu Ronald berpamit untuk meninggalkan lebih dulu Leo dan juga Nadia.
"Saya masih ada urusan, tidak bisa mengantarmu ke kantor, kamu bisa pergi ke kantor dengan taxi online, tidak keberatan?" ucap Leo.
"Tidak sama sekali, Pak. Kalau begitu saya duluan," pamit Nadia, yang diangguki oleh Leo.
Kini, laki-laki itu pun lebih memilih menghabiskan waktunya di restoran ini. Sebab, semua pekerjaannya sudah selesai, jadi ia bisa bersantai di tempat ini. Namun, tiba-tiba ada seorang wanita yang duduk di sampingnya.
"Direktur Leo? Sungguh tidak menyangka, kita bertemu lagi di sini," ucap wanita tersebut. Sontak membuat Leo terkejut dan menatapnya tidak suka.
"Yvone?" Ya, gadis itu adalah Yvone kakak dari Tara. Bagaimana bisa ia berada di sini? Ck! Kebetulan sekali, Leo bisa memanfaatkan posisi ini.
"Ah, ternyata kau masih ingat denganku," ucap Yvone dengan suara manja, lalu tangannya bergelayut maja di lengan Leo.
Menjijikan!
"Tidak seharusnya kau bersikap seperti ini padaku!" Leo menepis tangan Yvone, membuat gadis itu mendelik tidak suka.
"Tidak usah munafik, aku tahu kau orang seperti apa," ucapnya. Membuat Leo semakin kesal.
"Ya, tapi aku tidak mungkin bermain dengan kakak iparku sendiri!"
Deg!
"Ma ... maksudmu?"
Sudah sejak lama Leo mencari tahu tentang Yvone dan juga Tara. Mereka adalah saudara tiri, dan tentang malam itu, Leo juga sudah mengetahui akal licik seorang Yvone. Leo memang senang memainkan seorang wanita. Namun, Leo masih bisa menghargai wanita yang baik-baik saja.
"Aku suami dari adikmu, yaitu Tara." Pernyataan dari Leo berhasil membuat mulut Yvone terbuka lebar, seakan ia tidak percaya dengan semua ucapan Leo. "Ck! Tidak mungkin."
"Yvone?" Leo mendekat dengan tatapan menyelidik. "Apa benar kau yang menjebak Tara agar dia bisa tidur denganku?" tanya Leo mendesak. Niat untuk menggodanya malah ia terjebak di situasi mencekam seperti ini.
"Mana mungkin aku melakukan hal seperti itu kepada adikku sendiri," alibinya.
"Jawab! Apa kau mau kehilangan semuanya? Termasuk nyawamu?" ancam Leo dengan bringas. Ia kembali menunjukan kekejamannya, siapa suruh membangunkan singa yang sedang tidur.
"Ya, aku yang melakukan semua itu. Tapi aku tidak tahu jika laki-lakinya adalah kau!" ucap Yvone dengan sengit.
Leo kalap, tangan besarnya mencengkeram kuat kedua pipi milik Yvone. "Arghh! Sialan! Kau sudah membuatnya menderita!"
"Aku tidak peduli! Karena itu yang aku mau."
"KAU!" sentak Leo dengan amarahnya.
"Apa?! Dulu aku berharap dia tidur dengan pria tua. Namun, bagaimana bisa dia tidur denganmu dan menjadi istrimu! Sungguh beruntung sekali nasibnya!"
"Dia tidak seberuntung itu, kau tahu? Sekarang dia hancur!" pekik Leo. Lalu, ia menguatkan cengkeraman itu. Yvone melirih kesakitan.
"Oh, ya? Berita yang menarik. Aku akan membuat dia semakin hancur!"
Leo melepaskan cengkeraman itu dengan kasar. "Berani kau menyentuh wanitaku. Habis kau ditanganku, Yvone!" bisiknya dengan nada penuh ancaman. Lalu, Leo bangkit dan meninggalkan meja tersebut.
"Ck! Lihat saja nanti, berani kau berkata sedemikian padaku! Akan kubuat Tara membencimu."
Continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Please! [Sudah Terbit]
Ficción GeneralPernikahan itu adalah bencana. Menikah dengan seseorang yang memiliki harta berlimpah, ternyata tak menjamin sebuah kebahagiaan. Dia bertahan meski dikecam luka sekali pun. "Jika pun memang hamil, kenapa kau tidak menggugurkannya saja? Apa tarif ya...