~Happy Reading~
Dua minggu sudah berlalu. Namun, Leo tak kunjung pergi ke Pengadilan Agama. Laki-laki itu hanya bergelut dengan semua kebodohannya. Miris! Penyesalan memang selalu datang terakhir. Pernikahan yang terbilang baru seumur jagung itu harus kandas secepat ini. Leo terlalu banyak menyakiti Tara, hingga untuk menahan gadis itu agar tetap bersamanya ... Leo merasa tidak pantas.
Jika tahu akan seberat ini. Tidak akan dirinya memperlakukan sang istri dengan buruk. Leo seorang laki-laki yang tak pernah memiliki cinta dihidupnya, kehadiran Tara yang begitu tiba-tiba membuat Leo sulit untuk beradaptasi, ditambah sikapnya yang dingin dan juga arogan.
Semua pekerjaannya tidak bisa diselesaikan dengan baik. Semua berantakan sama seperti perasaannya saat ini. Akhir-akhir ia tidak bisa fokus untuk bekerja. Apalagi hampir setiap malam ia pergi ke club hanya untuk mabuk dan mabuk.
Tadinya, Galih sempat memberikan saran, biar dia saja yang menghandle perusahaannya. Namun, sayang ... Leo bersikukuh jika ia bisa menyelesaikannya dengan baik, padahal niat Galih baik, dia hanya ingin Leo beristirahat dan juga menenangkan pikirannya.
Leo memang tidak banyak bicara, tetapi jika dengan Galih ia bisa menyeimbangkan. Namun, akhir-akhir ini Leo lebih banyak diam, meski hanya sekedar berbincang tentang bisnis, tetap saja Leo selalu menghindar padahal ini masalah penting. Tetapi, alibinya dia selalu berkata bahwa dia mampu melakukannya sendiri.
Sampai, tiba hari itu, hari di mana Leo mengalami kegagalan, kegagalan dalam bisnis untuk yang pertama kalinya, meski ini semua bukan sepenuhnya salah dirinya. Namun, karena egonya ini semua bisa terjadi. Leo sempat mempercayakan pada operator di kantornya untuk mengurus lahan—proyek nanti, tetapi sayang. Semua tidak berjalan dengan mulus.
"Sial! Mengapa kita kalah tender!" dengus Leo, setelah ia keluar dari ruang meeting-nya.
Emosi Leo membeludak, untuk yang pertama kalinya ia kalah tender, apalagi ia kalah dari perusahaan yang baru saja berdiri. Sulit dipercaya, Leo menjadi lemah soal perasaan.
"Sejak meeting masalah lahan, bagian operator apakah tidak konsultasi lagi padamu?" tanya Galih.
"Tidak, aku memang kurang teliti masalah survei lapangan. Tapi, semua masalah itu sudah aku serahkan pada bagian operator," ucapnya.
"Harusnya kau sebagai direktur utama tahu akan hal ini, apalagi ini menyangkut dengan proposal tender kita," ucap Galih.
"Aku curiga, jika bagian operator menggelapkan dananya, tidak mungkin jika lahan itu sudah milik orang lain."
"Kepala operator sudah resign, seminggu setelah meeting perencanaan lahan tersebut," ucapnya.
"Lalu, apa langkahmu sekarang? Membiarkannya begitu saja?"
"Sudahlah, tidak perlu dibahas, kerugian kita juga tidak seberapa." Kepala Leo mulai pusing, tidak mau membahas soal pekerjaan dulu hari ini.
"Jika kau mau menyelidikinya, selidiki sendiri. Lalu, urus dia tanpa perlu aku turun tangan," sambungngnya.
Harusnya, Leo lebih profesional lagi, tidak membawa masalah pribadi ke dalam pekerjaannya. Namun, bayang Tara selalu saja berkeliaran dipikirannya hingga membuat Leo menjadi kurang konsentrasi.
Padahal masalah ini tidak terlalu rumit, tinggal cek kondisi tanah, kalau misalnya strategis, lahan itu langsung dibeli. Tanda tangani surat lalu urus perpindahan nama. Sayang, Leo terlalu teledor. Malah mempercayakan penuh kepada karyawannya.
[Temani aku makan siang.]
[Oke.]
***
"Dari tadi kau melamun terus, kenapa?" tanya Isma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Please! [Sudah Terbit]
Ficção GeralPernikahan itu adalah bencana. Menikah dengan seseorang yang memiliki harta berlimpah, ternyata tak menjamin sebuah kebahagiaan. Dia bertahan meski dikecam luka sekali pun. "Jika pun memang hamil, kenapa kau tidak menggugurkannya saja? Apa tarif ya...