Love Me, Please! - 22

17.7K 716 27
                                    

~Happy Reading~

Jika perpisahan ini membuatmu bahagia. Akan aku lakukan.

- Leonard

Vissual Love Me, Please!

Keadaan semakin mencekam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan semakin mencekam. Ryzan dan Leo tak mau saling mengalah, mereka terus saja berdebat, yang satu berusaha mempertahankan, satu lagi berusaha merebut. Jika, diperhatikan keduanya seperti seorang wanita, mengapa harus adu mulut? Kenapa tidak adu jotos saja?

"Cukup! Aku pulang untuk mengemasi barang-barang. Bukan untuk mendengar kalian berdebat!" sentak Tara.

Kini, Tara mulai memasuki rumah, diikuti dengan Bi Inah, kenapa bisa ia memutuskan untuk berpisah seperti ini. Padahal tadi pagi ia masih mempertimbangkannya. Apa mungkin Tara mendapatkan pengaruh buruk dari laki-laki yang datang bersamanya, pikir Bi Inah.

"Apa kamu yakin ingin bercerai, Nak?" tanya Bi Inah.

"Iya, Bi. Tara sudah yakin, Tara capek dengan semua perlakuan Leo," teguhnya.

"Tapi, Nduk ...."

"Tidak apa, Bi. Tara yakin bisa membesarkan anak ini meski tanpa seorang suami," ucap Tara yang berusaha menegarkan hatinya. Meski kenyataannya, sangat rapuh.

Sungguh ini keputusan yang berat, harus berpisah dengan laki-laki yang mulai ia cintai. Namun, ia tak ingin menjadi wanita yang bodoh karena cinta. Sudah disakiti malah memilih bertahan, terkadang cinta sama bodoh itu tidak beda jauh.

Bi Inah hanya pasrah, semua jawaban dari Tara terlihat sangat meyakinkan. Meski dari tatapannya ada yang berbeda. Leo menatap geram, kenapa bisa wanita di depannya ini begitu keras kepala. Lalu, haruskah ia memceraikannya? Haruskah rumah tangganya berakhir di sini? Kini, tangan Leo menyeret Tara untuk memasuki kamarnya. Lalu, mereka saling bertatapan, terlihat dari mata keduanya, jika mereka tak ingin saling melepaskan.

"Kenapa?" Leo memulai pembicaraannya.

"Kenapa? Harusnya kau tanya pada dirimu sendiri."

"Raa?" Leo menjambak rambutnya sendiri. Dia mau mengatakan yang sebenarnya. Namun, ia tak tahu harus dimulai dari mana. Argh!

"Cukup Leo!"

"Aku cemburu! Aku mencintaimu! Tapi aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya! Arghh!" teriak Leo frustrasi, laki-laki itu kembali memukul dinding kamarnya, hingga darah pun mulai menetes dari jari-jemarinya.

"Aku pecundang, Tara!"

"Sekarang aku tanya sekali lagi. Apa kau yakin?" tanya Leo. Dia mengabaikan lukanya, padahal sedari tadi darah terus menetes.

"Obati dulu tanganmu."

"Aku tidak butuh obat, aku butuh jawabannmu!"

"Kamu terlalu menarik ulur perasaanku."

Love Me, Please! [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang