Love Me, Please! - 1

40.3K 1.4K 18
                                    

~Happy Reading~

Prangg!

Suara guci pecah itu terdengar begitu jelas. Gadis yang baru saja tiba di rumah tersebut langsung menghempaskan guci yang berada di sampingnya. Emosinya memburu, air mata terus berderai dari kedua pelupuk matanya. Tidak seperti biasanya, pasti ada alasan kenapa dia semarah ini.

Gadis itu terlihat lesu, mata sembapnya seakan berbicara, jika ia sedang tidak baik-baik saja. Kini, ia berjalan gontai dengan tubuh yang hampir saja terjatuh di lantai yang dingin. Sesekali gadis itu menyeka air matanya dengan kasar. Masa depannya telah hancur.

"KELUAR!" pekik gadis itu dengan kasar, beberapa kali ia mengetuk pintu kamar seseorang. Namun, sang empu tak kunjung membukanya. Di mana orang itu berada!

"Yvone! KE-LU-AR!"

"Ada apa denganmu?" Suara seseorang yang sedari tadi gadis itu cari kini menampakkan wajahnya. Dengan emosi yang masih memburu gadis itu mencengkeram keras pundaknya.

"Ck! Tidak usah berpura-pura lagi! Kau yang menjebakku tadi malam, 'kan?"

"Ah, ternyata kau sudah mengetahuinya, Tara. Uh ... maafkan aku." Dari nada suaranya tampak tidak ada rasa penyesalan sedikit pun. Sepertinya orang itu sangat puas dengan kondisi sang adik saat ini.

"Maksudmu apa? Kau menjual tubuhku kepada laki-laki brengsek seperti itu? Di mana letak hatimu, Kak?" Badannya ambruk seketika. Tubuh yang seharusnya menjadi tumpuan kini lemas tak berdaya.

"Brengsek?" tanyanya. Lalu, diikuti dengan sedikit kekehan yang meremehkan. "Ah, bagaimana? Laki-laki yang tidur denganmu, setua apa dia? Apakah dia tampan?" Tawanya menggelegar seketika.

"Kak Yvone, cukup! Aku sudah cukup sabar dengan sikap keserakahanmu. Tapi, untuk masalah ini aku tidak bisa membiarkanmu terus-terusan menindasku! Aku akan membalasnya." Dengan air mata yang terus membasahi kedua pipi mulusnya. Ia tetap berusaha tegar meski ia sudah kehilangan harta yang paling berharga.

"Kau berani melawanku? Jika kau berani berbuat di luar dugaanku, aku tidak akan segan-segan melenyapkanmu dari dunia ini!" ancamnya tidak main-main.

"Tidakkah kau merasa iba terhadapku? Hatimu terbuat dari apa? Bagaimana bisa kau mempunyai hati yang begitu keji, aku ini adikmu!"

Wanita itu tertawa lepas di hadapan gadis itu dengan tawa penuh kemenangan. Sepertinya dia sangat bahagia dengan penderitaan gadis itu. "Adik? Kau hanya adik tiri! Bahkan kau tidak mempunyai hubungan darah denganku."

Ah, ya. Memang benar apa yang dikatakan wanita itu, gadis itu memang tidak memiliki hubungan darah dengannya. Ia hanya anak tiri dari ayah wanita tersebut, sedangkan dirinya hanya anak bawaan dari sang ibu yang kini sudah meninggal beberapa tahun lalu.

Sifat wanita itu dari dulu memang seperti ini. Mungkin ia tidak terima jika ayahnya akan menikah dengan orang lain, yang otomatis akan menggantikan posisi ibunya. Tetapi, ibunya sudah lama meninggal dan bahkan ibu dari gadis itu sangat menyayangi dirinya. Namun, mengapa dia tak pernah membuka hatinya untuk kedua wanita yang begitu menyayanginya.

Dua bulan yang lalu perusahaan Vian—ayah tirinya—mengalami kebangkrutan. Semua klien membatalkan kerja sama. Perusahaannya mengalami kerugian yang sangat besar, masalah ini membuat Vian terkena serangan jantung secara mendadak. Hingga nyawanya tidak bisa diselamatkan lagi. Sebuah tamparan keras untuk mereka berdua. Dari kejadian ini wanita itu semakin membencinya.

Hari berlalu begitu saja, tabungannya sudah tidak cukup lagi untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, hingga membuat sang kakak tega menjual tubuhnya hanya demi uang. Padahal gadis itu sudah bekerja keras banting tulang, agar dirinya tak merepotkan sang kakak. Namun, ternyata itu tak membuahkan hasil yang manis.

Rasa benci itu membuat sang kakak gelap mata, hanya karena uang ia tega menjual tubuh sang adik.

***

"Arggghh!" Gadis itu mengerang, kepalanya terasa sangat pusing. Namun, ia berusaha menetralkan pandangannya.

"Ba ... ba ... bajuku?" Gadis itu terdiam sejenak. Namun, sepersekian detik air matanya lolos, ketika melihat tubuhnya tanpa memakai sehelai kain apa pun.

"Apa yang sudah kau lakukan terhadapku!" Ia menggenggam selimut dengan erat. Terlihat laki-laki yang tengah tertidur pulas di sebelahnya. Apakah dia telah merenggut kesuciannya? Tidak, tidak mungkin!

"Engghh ...!" Laki-laki itu menggeliat. Lalu, menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Berisik! Aku sudah membayarmu, tidak usah berlebihan." Laki-laki itu membenarkan posisinya menjadi duduk, lalu dengan segera ia kembali mengenakan bajunya yang berserakan di lantai.

'Siapa laki-laki ini? Sialan! Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas!' batinnya mengumpat.

Dia menatap ke arahnya lagi. Wajahnya kini terlihat sangat jelas. "Le ... le ... Leonard Joanne," gumam gadis itu.

Laki-laki itu terlihat sangat tampan daripada yang ia lihat dari majalah. Ah, tidak. Setampan apa pun dia, laki-laki itu tetap seseorang yang brengsek! Tapi, bagaimana bisa dirinya tidur dengan laki-laki tersebut? Dan ... melakukan hal tidak wajar seperti ini.

Ya ... Tuhan!

Leonard Joanne terkenal dengan sikap arogan dan dinginnya, laki-laki ini juga dikenal dengan pria yang terbilang cukup banyak wanita di sekelilingnya. Namun, menurut berita yang beredar salah satu di antara wanita itu tidak dapat meluluhkan hati seorang Leonard.

Seorang Leonard tidak mudah didapatkan hatinya. Selain ia dingin dia juga termasuk seseorang yang tidak berperasaan, dia cukup terkenal di kota ini, dengan beberapa saham yang ia dirikan. Membuatnya disegani oleh banyak orang. Terutama dikalangan perempuan.

"Ba ... bayar? Aku tidak butuh uangmu! Aku mau kau bertanggung jawab!"

"Omong kosong apa ini! Aku sudah membayarmu, kenapa kau berkata demikian?"

"Bayar? Kau kira aku wanita murahan?!" teriaknya tak terima. Murahan katanya? Itu bukan dirinya.

"Sepertinya memang begitu!"

"Tapi aku tidak menerima uang sepeser pun darimu, jika pun iya, aku tidak sudi untuk menerimanya!"

"Dasar wanita murahan! Tidak usah munafik. Jika kau merasa kurang dengan tarifnya. Katakan padaku!"

"Kau ini benar-benar!"

"Sudahlah! Aku tidak ada waktu untuk berdebat denganmu," ucapnya berlalu meninggalkan gadis itu seorang diri. Semua ini terasa mimpi. Jika iya! Bangunkan dirinya sesegera mungkin.

"Hentikan! Tidak semua bisa dibeli dengan uangmu! Aku ingin kau bertanggung jawab atas perlakuanmu terhadapku."

"Baik, kau mau aku bertanggung jawab seperti apa?" Leo menghentikan langkahnya dan menatap tajam ke arah gadis tersebut.

"Aku ingin kau menikahiku!"

"Apa kau sudah gila? Mana mungkin aku menikahi wanita jalang sepertimu?" balasnya dengan sengit, lalu ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Tubuhnya membeku. Dia tak ingin bertanggung jawab. Lalu, bagaimana dia bertahan hidup di masa yang akan datang? Siapa yang ingin menikah dengan gadis kotor seperti dirinya?

"Sebenarnya aku kenapa? Kenapa aku tidak ingat sama sekali! Arrghhh ...!" raungnya memecah kesunyian.

Continue.

Love Me, Please! [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang