~Happy Reading~Jika tidak sudi mencintai. Setidaknya jangan terus-menerus membuat hati ini patah.
- Tara Charlene
Di sebuah balkon terlihat seorang perempuan tengah menatap sekitaran pekarangan rumahnya, dengan segelas kopi yang ia nikmati. Cuaca pagi ini tampak mendung. Awan menghitam, sepertinya hujan akan segera turun.
Rumah minimalis. Namun, terlihat elegan itu menjadi tempat tinggal setelah ia pergi meninggalkan adiknya. Rumah yang ia beli hasil menjual tubuh sang adik itu begitu dinikmati tanpa rasa bersalah seidikit pun.
Pergi menghilang meninggalkan rumah. Entah, di mana rasa iba terhadap adiknya itu. Tanpa berpikir panjang ia pergi dengan keserakahannya. Uang telah membutakannya selama ini. Hidup mewah bergelimang harta adalah impiannya saat ini.
Wajah tanpa dosa itu terpancar jelas. Ia begitu menikmati kehidupannya yang sekarang. Berfoya-foya sesuka hati, tanpa ia sadari sang adik tengah berjuang melawan kerasnya dunia apalagi setiap hari harus menghadapi dinginnya sikap Leo, yang di mana seakan semesta tak mendukungnya.
Namun, kini ... duka dan air mata telah bersahabat dengannya. Meski dirinya sempat ingin melakukan bunuh diri. Namun, niatnya ia urungkan, ketika ia melihat perutnya yang semakin membesar. Mana tega ia membunuh janin yang sama sekali tak berdosa.
Suara ketukan pintu terdengar nyaring. Gadis itu mulai melangkah menuju pintu utama rumahnya. Setelah dibukakan, terlihat seorang laki-laki berkacama mata hitam, Yvone mengernyit bingung. Kakak tiri dari Tara itu sempat keherenan. Seingatnya ia tidak memiliki janji dengan siapa pun hari ini.
"Maaf, anda siapa, ya?" Yvone membuka suaranya. Namun, tentu saja dengan tatapan yang masih bingung.
"Perkenalkan nama saya, Bima." Laki-laki dengan sigap menjawabnya.
"Em, ada perlu apa?" tanyanya lagi.
"Tuan kami ingin bertemu dengan anda. Apakah bisa?"
"Tuan?"
"Leonard Joanne."
'Ah, yaampun. Ada apa dengan hari ini? Mengapa pembisnis sukses itu mencariku, jangan-jangan ...!' batin Yvone.
"Tentu saja. Kirim alamat nanti saya akan datang," ucapnya dengan percaya diri.
"Baik." Bima pun meminta nomer ponsel Yvone. Setelah itu ia berpamit untuk pulang.
'Aku harus dandan yang cantik, kesempatan ini tidak boleh disia-siakan. Leonard Joanne, lihat penampilanku nanti! Aku akan membuatmu terpana! batinnya lagi.
***
"Hari ini aku akan pergi ke kantor." Suara Leo membuyarkan lamunan Tara. Entah kenapa, akhir-akhir ini wanita itu sering melamun.
"Iya," balasnya singkat.
"Aku duluan, aku harus membersihkan rumah sekarang," pamitnya. Namun, tangan Leo berhasil menahannya.
"Istirahat saja."
"Tidak. Bisa-bisa aku kena marah," sindir Tara.
Ya, meskipun Leo sudah ada perubahan. Namun, tetap saja Tara tidak terlalu menganggapnya. Pikirnya, mana mungkin Leo akan berbaik hati kepadanya. Dering telepon terdengar dari ponsel Leo. Dengan cepat ia pun mengangkatnya.
"Ada apa, Bim?" tanya Leo.
"...."
"Share alamat di mana aku harus bertemu wanita itu," ucap Leo. Lalu, ia pun mematikan telponnya.
Deg!
'Perempuan mana lagi yang akan Leo temui? Ck! Ternyata dugaanku benar. Mana mungkin Leo jatuh cinta padaku.' Tara bersuara dalam hati.
Tak peduli! Kini, Tara melangkah keluar dari kamarnya. Rasanya air mata akan lolos dari pelupuk matanya. Entahlah, semakin hari semakin besar perasaannya. Meskipun Leo sama sekali tak peduli, tetapi perasaannya tumbuh setiap harinya.
"Tara, sudah kubilang, istirahat saja." Leo bersuara, ia menyadari kepergian Tara.
"Sudah tugasku," jawab Tara.
Leo pun angkat tangan menghadapi sikap Tara sekarang. Kini, ia pun kembali bersiap-siap untuk berangkat. Leo pergi begitu saja, tanpa pamit, tanpa sarapan terlebih dahulu. Ketika netra melihat kepergian suaminya. Entah, ajakan dari mana Tara ingin mengikuti dengan siapa suaminya akan bertemu.
Tanpa berpikir panjang. Tara pun keluar dari rumah. Sempat ditanya ke mana ia akan pergi. Namun, Tara menjawab ia ingin jalan-jalan sekitar taman saja. Tapi, itu hanya kebohongan semata.
***
Setelah Tara berhasil mengikuti ke mana perginya mobil Leo, dan ternyata mobil itu berhenti di sebuah restoran mewah. Tara mengernyit apakah Leo datang untuk membahas pekerjaan dengan wanita itu atau ada maksud lain.
"Kak Yvone?" ucap Tara tak percaya. Mengapa bisa? Netranya melebar ketika ia melihat sosok Yvone lah yang Leo temui.
Jadi, ternyata Leo bukan pergi ke kantor melainkan bertemu dengan kakaknya yang sudah tega menjual tubuhnya. "Dengan begini caramu melukaiku, Leo?"
Terlihat Yvone dan juga Leo larut dalam pembicaraan, diiringi tawa seakan mereka sudah lama saling mengenal. Tara yang melihatnya itu tersentak kaget. Bagaimana bisa mereka saling mengenal? Apakah kejadian malam itu sudah direncanakan oleh keduanya, agar bisa menindas dirinya?
"Tidak bisa cerna! Mengapa semua orang jahat kepadaku!" Tara berlari menjauhi tempat tersebut. Berjalan menyusuri setiap jalanan ibu kota. Padahal cuaca sedang tidak mendukung hari ini.
"Bodoh! Tidak seharusnya aku mengikuti laki-laki sialan itu!" pekik Tara kepada dirinya sendiri.
Tanpa Tara sadari, Bima melihat dirinya yang tengah berlari seraya menyeka air matanya. Ya, Tara begitu ceroboh, jika sudah seperti ini habislah dirinya diterkam Leo.
Setelah kepergian Tara. Bima segera menghampiri Leo yang masih asik mengobrol dengan Yvone. Gadis itu ternyata berniat untuk menggoda Leo. Berdandan layaknya seorang wanita malam. Apalagi dengan pakaian yang sedikit terbuka.
"Tadi, saya melihat nyonya di sekitar sini," bisik Bima. Membuat obrolan di antara keduanya terjeda.
"Bersama siapa?"
"Sendiri, sepertinya dia mengikutimu."
'Sialan!' pekik Leo dalam hati.
"Lalu, di mana dia sekarang?"
"Sudah pergi," jawab Bima. Setelah selesai mengatakan semuanya, Bima pun kembali ke tempat asalnya. Namun, tidak dengan Leo.
"Sepertinya saya ada meeting dadakan. Bisakah kita bertemu lain waktu?" ucap Leo.
"Tentu saja," ucap Yvone seraya tersenyum. Namun, tidak dengan hatinya yang terus mendengus kesal.
Kini, langkah Leo pun semakin menjauh dari tempat tersebut. Diikuti Bima dari belakang. Sedangkan Yvone masih setia duduk di kursinya seraya menikmati segelas wine yang ia pesan tadi.
"Sepertinya tidak terlalu sulit untuk mendekatimu." Yvone bersuara dengan percaya dirinya.
Entah, apa yang ada dipikirannya. Selain harta apalagi yang ia inginkan? Sekarang ia ingin mengincar suami dari adiknya. Apakah perbuatannya dulu tidak cukup puas untuk menghancurkan adiknya?
Andai, Yvone tahu laki-laki yang menjadi incarannya saat ini adalah laki-laki yang sudah tidur bersama adiknya. Yang di mana setahu Yvone jika Leo itu adalah laki-laki tua si hidung belang.
Ck! Kamu salah besar Yvone.
Continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Please! [Sudah Terbit]
Fiksi UmumPernikahan itu adalah bencana. Menikah dengan seseorang yang memiliki harta berlimpah, ternyata tak menjamin sebuah kebahagiaan. Dia bertahan meski dikecam luka sekali pun. "Jika pun memang hamil, kenapa kau tidak menggugurkannya saja? Apa tarif ya...