duapuluhempat

13K 1.4K 62
                                    

🌚🌚🌚

...

Ini sudah 4 jam dan Achana belum sadar, sedangkan Jaehyun sedang mengamuk saat anak yang perempuannya akan di makam kan esok pagi.

Jaehyun sudah banyak melakukan cara untuk anaknya itu, mulai dari ditidurkan di sebelah Achana, menggunakan kejut jantung, dan lainnya. Namun, nyatanya sang pencipta lebih sayang kepada bayi perempuan itu.

Bahkan Mark dan Jeno harus rela kena tonjokan sang ayah karena menerima persetujuan untuk memakamkan adik perempuan mereka.

Chandara Diandra Rahandika

Dan bayi laki-laki itu yang kini ada di inkubator ialah,

Jefian Jaenan Rahandika.

Kembali ke keadaan Jaehyun, ia tetap bersikukuh untuk tidak memakamkan Chandara. Sampai sekarang Jeno, Mark, Kris, Bian, Tera, dan Segaf terus memberi pengertian, namun hanya penolakan dan amukan yang mereka dapat.

Sebenarnya Jeno ingin menyerah, namun ia tak bisa melihat papa nya seperti ini, Jeno tak ingin, bahkan Jeno mengesampingkan luka lebam yang ada.

"Apa ini?" Johnny dan Tia baru datang disuguhi pemandangan Jaehyun yang berteriak marah.

"Dad, papa ngamuk, gak mau Chandara di makamin." Ujar Mark

Johnny mengangguk paham, ia menghampiri Jaehyun dan meminta Kris serta yang lain melepaskan Jaehyun yang mukanya sudah memerah akibat amarah yang meluap.

"Jae?" Tanya Johnny yang kini sudah jongkok di depan Jaehyun yang terduduk.

"Anak gua hidup John! Hidup!!" Seru Jaehyun

"Iya, anak lu hidup, di hati lu sama Achana." Ujar Johnny.

"Gua harus bilang apa ke Achan?! Anak gua emang hidup John!" Seru Jaehyun

Johnny menghela nafas, ia tau, pasti Jaehyun memang sedang terpukul, ditambah Achana yang belum sadar, Johnny tau Jaehyun sedang Down.

"Makamin Chandara besok." Final Johnny.

Jaehyun segera berdiri dan menatap penuh amarah ke Johnny

"Gak! Maksudnya apa John?! Anak gua hidup!" Seru Jaehyun

BUGH!

Johnny memukul wajah Jaehyun hingga tersungkur.

"Aku tau kau tertekan, tapi disini yang kuat harusnya kau. Bayangkan jika Achana trauma dan melihat mu seperti ini? Pada siapa ia harus berpegang nantinya?" Ujar Johnny

Jaehyun tak menjawab, tetapi dalam hati ia membenarkan ucapan Johnny.

"Tenangkan dirimu, lalu setelah itu urus surat-surat kematian anakmu, Jae." Ujar Johnny lalu menarik Tia untuk memasuki ruang dimana Achana dirawat.

Jaehyun segera berdiri dan berjalan perlahan menuju ke luar, benar kata Johnny, ia harus menenangkan diri. Kris dan Segaf segera mengikuti Jaehyun agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.

.
.
.

Pemakaman Chandara diadakan pagi hari, suasana sedih dan sendu menyelimuti tempat itu, bagi mereka yang melihat Jaehyun yang terus mengeluarkan isak tangisnya pasti akan semakin merasa sedih.

"Papa sayang kamu nak, anak papa yang cantik, Chandara Diandra Rahandika, sayangnya papa." Setelah berucap demikian, Jaehyun mencium kening anaknya untuk terakhir kalinya, dan setelah itu Chandara benar-benar berisitirahat untuk selamanya.

.

Jaehyun kembali ke rumah sakit setelah acara pemakaman Chandara, Jaehyun berjalan beriringan bersama anak sulung nya itu, diikuti oleh yang lainnya.

Jaehyun masuk kedalam ruangan Achana, dan betapa kagetnya ia melihat Jeno -yang memang tidak ikut- yang tengah menenangkan Achana yang meraung-raung.

"ANAK ACHAN DUA NO!! MANA SATU LAGI?! JENO MANA ANAK ACHAN?!" Achana terus berteriak.

"Ada ma ada, ada selalu di dalam hati mama, Jefian sedih loh liat mama gini." Jeno terus menahan Achana yang memberontak

"GAK ADA!! MANA ANAK ACHAN?! ANAK ACHAN!! ANAK ACHAN YANG PEREMPUAN MANA?!" Achana makin meraung-raung sambil terus menangis.

Jaehyun segera menghampiri istrinya itu dan menyuruh Jeno untuk istirahat. Jeno segera menghampiri sang bunda dan menangis di pelukan Tia -bunda- karena melihat kondisi mama nya.

"shtt... Mas disini dek.." Jaehyun memeluk istrinya itu dan mengecup dahi sang istri.

"ANAK ADEK MAS!! ADA DUA KAN!! GAK SATU KAN?! HIKS HIKS.. ANAK ACHAN MANA?!" Achana terus meraung

Orang-orang yang ada disana hanya bisa menahan tangis dan menatap sendu Achana.

"Dia udah tenang sayang, udah bahagia." Ujar Jaehyun sambil terus menahan Achana agar tidak semakin brutal

"GAK! ANAK ACHAN ADA KAN?! KAK TIA ANAK ACHAN ADA DUA KAN?!"

Tia hanya diam sambil menahan tangis, ia tau apa yang Achana rasakan.

"DODO, ANAK PEREMPUAN KAKAK ADA KAN DO?!"

Dodo segera bersembunyi dibalik badan Jaka.

"PAH! MAH! AYAH! BUNDA!! ANAK ACHAN YANG PEREMPUAN MANA?!"

Jaka, Donna, Eka, dan Dimas hanya bisa menatap sendu Achana.

"MARK! ADIK KAMU YANG CEWEK MANA?!" Teriak Achana kepada Mark

Dan Mark langsung ikut memeluk bunda Tia berbarengan dengan Jeno.

"Ada sayang, ada kok Chandara nya ada..." Lirih Jaehyun

"Mana? Mana? Hiks, dia masih hidup kan.." lirih Achana menangis.

"Dia udah tenang sayang.." ujar Jaehyun

"MAS BOHONG! JANGAN DEKET-DEKET ACHAN! HIKS! JAUH-JAUH! HIKS!" Achana mendorong Jaehyun

"Dengerin Mas, kamu jangan kayak gini, kita hadapi bersama. Kasian Chandara pasti menderita liat ibu nya menangis." Ujar Jaehyun

"Hiks.. anak Achan... Hiks.. ada dua kan.. hiks..." Achana terus terisak

Jaehyun terus memeluk Achana agar sang istri, sesekali membisikkan kata-kata menenangkan agar sang istri bisa merasa nyaman.

"Mark dan Jeno, ikut saya sebentar." Kris memanggil Mark dan Jeno untuk mengikutinya keluar dari ruangan Achana, diikuti Segaf, Bian, dan Tera.

"Kenapa om?" Tanya Mark begitu mereka sampai diluar

"Persiapkan diri kalian, aku dan Lisa sudah menjebak orang-orang itu." Ujar Kris

"Orang-orang itu?" Bingung Jeno

"Orang yang membuat Achana menjadi seperti ini." Ujar Tera

"Hm, besok jam 8 pagi, saya jemput kalian disini." Ujar Segaf

"Apa yang kita lakukan nanti?" Tanya Mark

"Kau mau nya apa?" Tanya Bian

"Apapun, balasan yang setimpal dengan apa yang mereka buat kepada Mama ku." Geram Jeno

.tbc.

Nahloh.

Dimas = Donghae
Eka = Eunhyuk

:v

Mama Muda [JaeHyuck] -SELESAI-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang