Tigapuluhtiga

9.7K 1.1K 33
                                    

bulan abang insyekur katanya, jadi lagi ke salon .y

...

Achana membuka matanya perlahan, mengerutkan dahinya kala kepalanya berdenyut. Tidak, Achana tidak diikat atau disekap dalam ruangan kumuh dan sempit. Tetapi ia dikurung dalam kamar mewah yang dimana setiap jendela dipasang tralis yang begitu kuat.

Achana menangis dalam kamar tersebut, ah lebih tepatnya kasur. Tidak, Achana tidak bergerak sedikitpun, ia tetap dalam posisi tidur nya, badannya terlalu lemah untuk bergerak, Achana yakin ia sudah cukup lama pingsan.

Kriettt....

Pintu kamar terbuka, Achana segera memejamkan matanya dan kemudian mencoba bernafas dengan teratur, bertujuan agar ia benar benar terlihat tidur.

"hai cantikku..." suara Iqbaal memasuki indra pendengaran Achana.

Iqbaal terkekeh saat ia mengelus wajah Achana dengan lembut, lalu mengelus pelan bibir tebal milik Achana. Iqbaal merasa gila sekarang.

"bukankah harusnya ia hari ini bangun? Sudah 18 jam dia tertidur." Suara Elang membuat Iqbaal berhenti mengelus bibir ranum Achana.

Iqbaal tersenyum lalu kemudian menghampiri kakaknya itu.

"mungkin dia sudah bangun, tapi karena lelah tertidur lagi. Lagipula ia tak akan bisa keluar dari sini kak,,," ujar Iqbaal santai

Elang mengangguk lalu menghampiri Achana dan mencium lembut pipi gembil itu.

"hey sayang, dengarkan ini... bila kau berusaha kabur, maka nyawa Jefian menjadi taruhan mu. Sleep tight sweety." Elang berbisik kepada Achana lalu keluar kamar diikuti Iqbaal.

Saat suara pintu tertutup, Achana membuka matanya sambil menangis tak lupa sambil menghampus bekas ciuman di pipinya.

"hiks... mas Jaehyun... hiks..." lirih Achana

.

.

.

Jaehyun menggeram marah saat tidak ada laporan yang valid tentang keberadaan istrinya, bahkan Jaehyun sama sekali tidak peduli dengan keadaannya. Kemarin, setelah ia sampai di Jakarta (lebih tepatnya dirumah Tia dan Johnny), Jaehyun segera berkutat dengan semua alat elektronik nya.

"Jae, menurut gua lu titip Jefian dirumah orang tua lu, dan lu suruh anak buah papa lu balik. Kalo disini takutnya gak aman." Tia dan Jisung menghampiri Jaehyun dengan Jefian digendongan Jisung.

"kalo itu yang terbaik, suruh Mark bawa Jefian ke rumah papa." Ujar Jaehyun yang kini menuju anaknya yang tengah berdiskusi dengan Bian dan Lisa.

"Mark, bawa Jefian ke rumah kakek. Bian, tolong suruh anak buah papa saya ngikutin Mark dari belakang, kau jangan lupa ikut bersama Mark." Ujar Jaehyun yang segera diangguki Bian dan kemudian Bian pergi menuju sekumpulan orang yang tengah berjaga diluar itu.

"Pa, gimana?" Tanya Mark dan Jeno

"gak ada kabar, Jeno papa boleh minta tolong kamu?" Tanya Jaehyun ke Jeno

"boleh pa, bilang aja." Ujar Jeno

"Mark, berangkat sekarang." Jaehyun berujar kepada Mark saat Jisung sudah berada disampingnya bersama dengan Jefian di gendongannya dan perlengkapannya.

"iya, assalamualaikum." Mark segera menggendong Jefian dan mengambil perlengkapannya lalu menghampiri Bian yang sudah siap di mobil.

"Jen, papa boleh pinjam café kamu?" Tanya Jaehyun

"boleh pah, ambil aja gapapa, kalo itu bisa buat nemuin mama gapapa kok." Ujar Jeno tulus

"makasih." Ujar Jaehyun

"emang buat apa?" Tanya Lisa yang sedaritadi menyimak

"trap." Ujar Jaehyun lalu segera kembali ke tempat dimana ia melakukan segala pencarian untuk menemui Achana.

Semua kembali sibuk dengan kegiatan masing masing, rumah Tia dan Johnny menjadi ramai sebab banyaknya anak buah Jaehyun dan Johnny yang berkumpul untuk menjaga keamanan dan untuk siap disuruh kapan saja.

"Jae, anak buah gua laporan dia ngeliat mobil Iqbaal sama di daerah Bogor, tapi ada yang bilang kalau ada pembelian 3 tiket pesawat atas nama Elang Wijaya, tujuan ke London." Ujar Johnny yang datang sambil membawa laptop nya dan duduk di sebelah Jaehyun.

"bukannya kalo Bogor terlalu mudah ditemui?" ujar Jaehyun

"nope, jika mereka cerdas ini bisa saja menjadi sulit." Ujar Johnny

Jaehyun menghela nafasnya kasar, ia merasa gagal menjadi ayah dan suami yang baik. Bila diingat, semua kejadian ini terjadi saat kebetulan Jaehyun harus melakukan pengecekan perusahaan dan meeting.

Cukup Jaehyun kehilangan anak perempuannya, ia tak mau lagi kehilangan seseorang, apalagi kehilangan istrinya, Jaehyun tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti.

"Jae, lelaki tidak selamanya tidak boleh menangis. Ini bukan salahmu, ini takdir. Kalau saja tuhan tak memberi ujian seperti ini, apakah kalian bisa tahu seberapa besar cinta kalian satu sama lain? Tidak Jae." Ujar Johnny

"tapi tidakkah ini berlebihan?" Tanya Jaehyun

"ingat Jae, tuhan tidak akan memberi ujian yang melampaui batas umatnya." Ujar Johnny.

"ya,, kau benar..." lirih Jaehyun.




.TBC.

Nahlohhhh

Mama Muda [JaeHyuck] -SELESAI-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang