33. Luka Tembak

6.2K 750 22
                                    

hee gaes!
jangan lupa buat vote ya! karena itu berharga banget buat akuu~
enjoy to my story gaiss!










"Bunda."

Dengan langkah ragu, Natta mulai menghampiri Ana yang tengah memasak di rumah kontrakannya ini. Natta masih belum percaya jika bundanya, benar-benar masih hidup sampai sekarang ini.

"Lagi masa apa?" Tanya Natta saat menghampiri sang bunda.

"Nasi goreng, gak papa ya? Soalnya bunda belum belanja."

"Iya bun gak papa, bun aku boleh tanya sesuatu?" Ana yang sibuk memasak pun akhirnya menoleh, menyatukan aslinya seolah-olah bertanya kenapa.

"Bunda selama ini tunggal di sini? Kenapa bunda gak bilang? Padahal bunda bisa pulang ke rumah, bukan di sini."

Sedetik selanjutnya, Ana tersenyum lembut kepada anak semata wayangnya itu. "Kalo bunda pergi dari sini. Kamu sama ayah kamu bakalan jadi sasaran Lina sayang. Mau gak mau, bunda harus di sini menunggu semuanya aman."

"Tapi, bunda mau kembali lagi pada ayah kan?"

Ana diam, bukannya apa-apa. Tapi Ana tidak yakin bahwa suaminya itu akan menerimanya kembali. "Bunda gak tau, maksudnya bunda mau tapi bunda gak tau ayah kamu bakal percaya atau engga dengan kehadiran bunda."

"Aku yakin ko ayah bakalan terima bunda lagi, bunda. Pulang ke Jakarta yuk, kasian ayah."

Natta memang seperti ini, terlihat angkuh di luar padahal dalamnya tidak ia masih terlalu lugu untuk di bilang angkuh. "iya sayang, nanti kita ke Jakarta."

"Kenapa gak sekarang sih bun? Kasian ayah pasti nunggu aku."

"Tapi----"

"Bunda, jangan khawatir. Kalo ayah nyakitin bunda, Natta yang akan maju terlebih dahulu okay? Sementara ini bunda harus ketemu ayah, sembuhin luka ayah yang masih belum pulih."

Perkataan Natta sukses membuat bibir Anda menjadi kelu, di dalam hati ia sangat ingin bertemu dengan suaminya. Tapi di sisi lain juga ia takut, jika semuanya sudah tidak mau menerimanya lagi.

"Ayo kita pulang ke Jakarta."

Natta tersenyum lebar ketika kata itulah yang di tunggu-tunggu oleh Natta beberapa hari ini. Ngomong-ngomong tentang Natta, ia masih belum bisa menghubungi teman-temannya yang ada di Jakarta.

Karena di sini sangat-sangat susah sinyal, terpaksa Natta tidak bisa menghubungi teman-temannya itu. "Sebelum pulang ke Jakarta, kamu makan dulu jangan sampai gak makan okay?"

"Iya bun."

Langsung saja, Natta duduk di ruang tamu bersama bunda kesayangannya. Ia benar-benar merindukan momen seperti ini. Dimana setiap pagi mereka- Heechul, Ana dan juga Natta selalu sarapan bersama.

Bergurau bersama, sampai tertawa lepas bersama. Natta sangat merindukan momen tersebut. "Bunda, Natta boleh tau kenapa bunda bisa ada di sini?"

"Boleh."

Dengan bersemangat, Natta memasang pendengarannya sebaik mungkin untuk mendengarkan kisah bundanya selama satu tahun ini hidup seorang diri.

Racing ; Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang