02. Dia?! ; Anak laki laki di mimpi

242 33 42
                                    

2. Dia?! ; Anak laki laki di mimpi


"Dia ... cowok yang cium gue di mimpi tadi malam."

Sedetik setelah perkataan itu lolos begitu saja dari bibir Nesya. Langkah Reva terhenti dengan keterkejutan tingkat dewa, disusul dengan jeritan histeris yang tertahan oleh Fadi dan Dina. Sedangkan Meli hanya menatap Nesya cengo tanda tak percaya.

"Apa?!" tanya Dina, Meli, Fadi, dan Reva serempak.

Nesya pasrah dia tak tahu harus bagaimana lagi menentang takdir ini.

"Jadi cowok itu yang nyium lo di mimpi tadi malam?"

"iya," jawab Nesya tak bersemangat.

"Gue bingung ... gue harus gimana?"

Mereka semua terlihat berpikir. Jika Nesya sedang memimpikan takdir seseorang mungkin mereka tak sebingung ini. Karena memang biasanya mimpi Nesya tak akan bisa berubah sama sekali kecuali ada keajaiban dari Tuhan untuknya, tapi sayangnya keajaiban yang ditunggu-tunggu itu belum hadir kepadanya.

"Emm ... gimana kalau lo ngomong baik-baik sama tuh cowok. Terus jelasin soal mimpi lo pelan-pelan ke dia," usul Dina.

"Bener tuh Nes, siapa tau kalau dia udah paham dia bisa aja jaga jarak sama lo, terus kalian nggak cipok—" ucapan Reva berhenti ketika mendapat tatapan tajam dari sahabat-sahabatnya.

"Hehe, maksudnya mimpi lo tadi malam nggak akan kejadian," ralat Reva cengengesan.

"Kalau menurut gue, lo gausah dekat-dekat sama dia. Biarin lo kayak orang nggak kenal aja sama dia. Supaya mimpi lo nggak kejadian beneran," ujar Meli menyampaikan pendapatnya yang mendapat anggukan dari Fadi.

"Iya. Di mimpi lo 'kan, lo ciuman tuh sama tu cowok. Berarti kalian ada hubungan, 'kan? Nah mending lo jaga jarak sama dia jangan sampai kalian dekat. Biar gue aja yang ngalah, jadi gue aja yang wujudtin mimpi lo," ujar Fadi nyeleneh.

"Yee, itu sih mau lo bedul," ucap Reva tak terima dengan saran Fadi.

"Iri bilang sahabat."

Nesya menghela napas panjang, saran teman-temannya ada dua versi. Yang manakah yang harus Nesya pilih? Sumpah demi apa pun Nesya masih bingung harus melakukan apa saat ini.

"Kalau gue diem aja, mimpi itu mungkin bakal kejadian, sama kayak mimpi gue sebelum-sebelumnnya. Tapi kalau gue deketin dia dan berusaha jelasin. Gue nggak yakin cowok itu bakal percaya. Adanya gue di kira orang gila lagi sama dia."

"Bukannya lo emang orang gila?" ceplos Meli kejam.

Nesya menoleh tak terima, "Ih, sembarangan."

ya ... emang iya sih. Batin Nesya kemudian.

"Udah yuk, ngantin," ujar Reva mengalihkan pembicaraan, plaese urusan perut lebih penting dari apapun.

"Yukk ... biar sementara lo lupain masalah lo. Karena cepat atau lambat masalah lain bakal datang lagi," tambah Fadi yang kali ini setuju dengan Reva.

Meli datang mendekat seraya menepuk pundak Nesya pelan. "Kalau lo mau sendiri dulu gapapa, kitaorang bakal menjauh sebentar buat ngasih lo waktu untuk tenangin pikiran lo," ucap Meli dengan penuh pengertian.

"Iya, tenangin dulu aja pikiran lo. Kalau udah tenang balik lagi ke kitaorang," tambah Dina yang kontan membuat Nesya tersenyum.

Namun makin lama senyum manis itu berubah menjadi senyum jail. Dina dan Meli sudah saling pandang ketika melihat senyum jail Nesya muncul. Perlahan keduanya menelan ludah seraya membaca basmalah semoga tak ada sesuatu yang mengerikan terjadi.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang