05. Suatu Saat ...

191 28 52
                                    

5. Suatu Saat ...

Nesya keluar dari gerbang sekolah tanpa Meli, Dina, Reva dan juga Fadi. Hari ini adalah jadwalnya piket kelas, jika biasanya teman-temannya akan menunggunya sampai selesai menjalankan kewajiban piket. Berbeda dengan hari ini.

Hari ini Meli, dan Dina lagi-lagi di antar pulang oleh pacar mereka masing - masing. Sedangkan Fadi, dan Reva ada kerja kelompok fisika bersama dengan teman sekelompoknya yang lain.

FYI, tugas yang diberikan Bu Asri selaku guru mata pelajaran Fisika pada kelompok Reva, dan Fadi adalah hukuman bagi kelompok mereka. Karena cuma kelompok merekalah yang mempresentasikan hasil tugas dengan kacau. Siapa lagi biang onar nya jika bukan Fadi dan Reva.

Nesya menghembuskan napas lega. Akhirnya ia bisa segera bekerja sekarang. Ia berjalan menuju halte guna menunggu angkutan umum yang lewat. Tapi tunggu, saat ia baru saja menempuh langkah ketiga ia baru sadar jika ada seseorang di halte tersebut. Nesya memang tadi tidak menyadarinya, melihat suasana sekolah yang mulai sepi hanya tersisa beberapa siswa lagi, dan itupun yang berkewajiban piket seperti dirinya.

Nesya kembali melangkah namun makin mendekat wajah seseorang yang sedang duduk di halte itu kian kentara. Dan sampai akhirnya wajah seseorang itu nampak jelas langkah kaki Nesya kontan terhenti.

Si anak baru?

Agh sial! Padahal ia sangat menghindari cowok itu setelah tertangkap basah tengah menguping pembicaraannya dengan Kepala sekolah tadi siang. Nesya harus bagaimana ini? Putar balik saja atau terus jalan?

Ditatapnya sekali lagi halte tersebut dan betapa terkejutnya Nesya ketika melihat sepasang mata tajam milik seseoang yang sedang duduk di bangku halte itu. Si anak baru sedang menatapnya?

Sudah! Percuma saja menghindar kalau sudah begini. Lebih baik ia melanjutkan langkahnya dari pada malu nya akan bertambah jika besok bertemu dengan cowok ini lagi. Mending nanggung malu sekarang.

Dengan membaca basmalah Nesya mulai melanjutkan langkahnya mencoba berekspresi senatural mungkin seraya berdoa semoga si anak baru yang ia belum tahu namanya ini tak mengungkit kejadian tadi siang.

"Em ... numpang duduk ya," ucap Nesya setelah ia berhasil menginjakkan kedua kaki nya di halte.

Si anak baru itu hanya meliriknya sebentar kemudian kembali menatap lurus jalanan yang sepi.

Nesya mendengkus. Sok cool, Pikir Nesya.

Tanpa menunggu persetujuan—yang memang tak akan pernah diberikan—dari cowok sok cool ini, Nesya menjatuhkan bokongnya di bangku halte mengambil sedikit jarak dari cowok di sampingnya.

5 menit terlewati tapi tak ada yang buka suara baik dirinya maupun si anak baru itu. Nesya terlihat berpikir keras untuk memulai pembicaraan.

"Nunggu angkot juga?" Akhirnya satu pertanyaan itu berhasil lolos dari bibir Nesya dengan sedikit pertimbangan tentunya.

Dan kalian tahu apa jawaban Cowok itu?

"Hm."

Hanya berdeham. Ulangi, HANYA BERDEHAM.

Sumpah Nesya kesal bukan main sekarang. Seumur - umur baru pertama kali Nesya diperlakukan seperti ini. Tidak asik sekali pasti berteman dengan cowok sok cool sepertinya.

Oke sabar. Sabar. Tarik napas. Hembuskan. Oke mari kita mulai topik baru.

"Emang, bokap lo dimana?" tanya Nesya hati - hati seraya berharap kali ini pertanyaannya akan dijawab.

"Pulang duluan." jawab Rifan singkat.

"Oh.."

Aish! Apa cowok ini tak ada niatan mengajaknya memgobrol? Nesya sudah kehabisan topik nih! Sampai ia teringat bahwa dia belum tahu siapa nama cowok di sampingnya ini.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang