21. Harus nemenin

100 12 84
                                    

2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2

1. Harus nemenin


"MASYA ALLAH!"

Mata Rifan mengerjab-ngerjab mendengar pekikan itu.

"Ya allah gusti ... ternyata ada orang, toh, di sini."

Rifan menoleh ke samping kanannya dan menemukan penampakan Pak Oyong--penjaga sekolah. Cowok dengan prnampilan sedikit kucel itu masih mengumpulkan kesadarannya ketika dirasa sesuatu yang berat menimpah bahu kirinya, membuat Rifan sontak menoleh pada brnda berat itu.

Disana. Nesya masih tidur dengan pulas dengan tangan yang kini sudang memeluk lengan kiri Rifan tanpa permisi. Rifan sendiri tak sadar jika semalaman mereka tidur dengan posisi seperti ini.

Tak lama, Rifan kembali menoleh pada Pak Oyong yang kini sudah berjongkok di sampingnya. "Aduh, maapin Bapak, ya. Bapak nggak tau kemarin ada orang di sini. Bapak buru-buru, soalnya anak Bapak sakit kemarin." jelas Pak Oyong.

Rifan menelan ludah, membasahi tenggorokannya yang terasa kering. "Iya, Pak, gak pa-pa." jawab Rifan.

"Yaudah, itu pacarnya dibangunin dulu."

Rifan sedikit terkejut dengan ucapan Pak Oyong itu langsung berdeham, lalu lekas membangunkan Nesya. "Nes, bangun." Rifan menepuk-nepuk pipi Nesya pelan.

"Nes ...."

Nesya menggeliat pelan. Sebelum akhirnya mengangkat kepalanya dari bahu Rifan. "Mm ... udah pagi, ya?" tanyanya dengan mata setengah terpejam.

"Udah. Buruan bangun."

"Aduh, Bapak minta maaf sekali lagi, ya, sama kalian. Bapak bener-bener gak tau kalau kalian ada di dalam sini kemarin." Pak Oyong kembali meminta maaf.

Rifan menarik tatapannya pada Nesya, beralih menatap Pak Oyong yang sedang dirundungi rasa bersalah. "Iya, Pak, nggak pa-pa. Udah mendingan Bapak lanjut kerja lagi, gih," balas Rifan pengertian.

"Ng--iya, sekali lagi bapak minta maaf, ya."

Rifan mengangguk, kemudian kembali menoleh pada Nesya yang sedang sibuk mereganggkan otot-otot dalam tubuhnya. Sama halnya dengan Nesya, Rifan sedikit memijat-mijat bagian tubuh yang terasa pegal akibat tidur dengan posisi tak layak.

"Mm, badan gue pegel-pegel semua. Gue mau pulang, deh, sekarang," ucap Nesya. Dengan susah payah, ia mencoba berdiri. Menumpu berat badannya dengan kedua kaki, sama seperti biasanya.

"Loh, emangnya lo nggak sekolah?" tanya Rifan yang hanya memperhatikan Nesya sedari tadi.

Dengan sempoyongan, Nesya menyanggah pada daun pintu di sampingnya. "Ha? Ngapain?" jawabnya dengan keadaan seperti orang mabok.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang