28. Tyas?

53 5 81
                                    

28. Tyas?


Nesya turun dari motor Rifan dengan kedua tangan enggan memegang bahu Rifan sebagai tumpuannya. Alhasil, ia mandiri. Ia bisa turun dengan selamat tanpa bantuan bahu Rifan, meski dengan sedikit kesusahan.

"Thank's, ya, udah anter gue balik," ucapnya seraya meremas tali tas sekolahnya.

Dengan kejadian di bianglala beberapa waktu lalu, Nesya dan Rifan jadi sedikit canggung untuk berinteraksi. Selama perjalanan pulang pun hanya hening yang menghiasi. Jika biasanya Nesya akan mencoba memulai pembicaraan, tidak dengan kali ini. Ia hanya diam sembari menunggu Rifan meresponnya sendiri. Jika kalian ingin tahu mengapa Nesya menjadi seperti ini, karena tadi Nesya dengan gampangnya mengizinkan Rifan mengenalnya lebih dekat lagi. Ayo, ulangi. LEBIH DEKAT LAGI.

Demi apa? Nesya saja tak yakin tadi itu dirinya atau bukan.

"Iya. Thank's juga, ya," balas Rifan yang akhirnya bersuara.

Nesya melirik. "Untuk?" tanyanya.

Rifan perhalan tersenyum tipis. "Untuk hari ini."

Nesya terdiam di tempatnya.

"Senang, bisa fulltime bareng lo hari ini." Dan kemudian semua benda di dalam tubuhnya bagai melayang hanya dengan mendengar kalimat Rifan barusan.

Ya. Nesya sedang baper sekarang.

Ia mati-matian menahan bibirnya agar tak menyetak senyuman. Namun, sepertinya, euphorianya ini sedang tak mengizinkannya memendam gejolak aneh di dalam tubuhnya untuk bereaksi. Jadilah, Nesya memalingkan wajahnya, salah tingkah.

"Iya, sama-sama," jawabnya malu-malu.

Rifan hanya bisa tersenyum melihat tingkah menggemaskan Nesya. Rifan yakin, jantung Nesya sedang berdetak dengan cepat sekarang. Sama seperti jantungnya.

Nesya berdeham. "Yaudah, gue masuk duluan, ya. Lo juga jangan lupa pulang ke rumah bokap lo," tutur Nesya mengalihkan momen canggung mereka.

Rifan mengangguk. " Iya," jawabnya singkat.

"Hati-hati di jalan."

Nesya berbalik, membuka gerbang rumahnya dengan kunci yang selalu ia bawa kemana-mana.

Baru saja satu langkah memasuki pekarangan rumah, Rifan kembali bersuara. "Nes," panggilnya.

Nesya kembali berbalik memandang Rifan yang tadi memanggilnya. "Ya?" responnya.

Kemudian Rifan beralih memencet ponsel yang entah sejak kapan sudah berada di tangannya. Sedetik kemudian, ponsel Nesya yang berada di saku celana jeansnya berdering.

Nesya menarik ponselnya sampai terlihat jelas nomor tak dikenal sedang menelponnya.

"Itu nomor gue."

Nesya mendongak.

"Simpan, ya," ucap Rifan lagi.

Belum sempat Nesya menjawab Rifan berpamitan dan dengan sekejab motor ninja nya melaju meninggalkan rumah Nesya.

Disini. Di tempat terakhir Nesya berpijak. Ia masih termenung, menganalisis situasi yang sedanh terjadi. Kemudian tatapannya menurun ke arah ponselnya dengan pop up 'satu panggilan tak terjawab'. Disitu tertera nomor Rifan yang belum ia simpan.

"Simpan, ya."

Kalimat itu kembali terdengar di telinganya. Membuat ia berjingkrak-jingkrak tanpa sadar. Nesya pun segera menuju pintu rumahnya setelah memastikan gerbangnya terkunci.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang