39. Cantik versi Rifan

53 9 30
                                    

39. Cantik versi Rifan


Rifan melepas kecupannya setelah merasakan mabuk yang sangat hebat. Ia membuka kedua kelopak matanya, menatap Nesya yang masih memejamkan matanya.

Rifan tersenyum ketika perlahan Nesya membuka kedua matanya. Tatapannya langsung tertuju mata kedua mata Rifan tanpa mengubah posisi mereka. Lama mereka saling tatap, sama-sama menikmati desiran aneh yang menjalar keseluruh tubuh mereka. Demi apa pun, Nesya benar-benar ingin pingsan sekarang. Ia tak pernah berpikir jika akan sejauh ini. Nesya tak pernah menyangka akan sememabukkan ini.

"Jadi?" Suara Rifan memecah keadaan yang semula hening.

Nesya mengerutkan keningnya. "Jadi?" ulang Nesya tak mengerti.

"Ya, jadi lo suka nggak sama gue?" jawab Rifan yang langsung membuat bibir Nesya berkedut menahan senyum bahagianya. Astaga, ini benar-benar momen yang sangat membuatnya gila. Apalagi di jarak sedekat ini Nesya tak bisa mengalihkan pandanganya.

"Gue siap neraktir lo siomay sebulan penuh atau mau setahun? Atau mau... selamanya sampe kita kakek nenek? Boleh dengan senang hati," lanjut Rifan tersenyum.

Nesya kontan tertawa mendengar ucapan Rifan. Cowok ini terlihat begitu manis setelah berkata seperti itu. "Gue juga ngaku kalah, kok," aku Nesya.

Mereka masih belum melepas posisi masing-masing. "Gue udah suka sama lo, jauh sebelum gue sadar sama perasaan gue sendiri," tambahnya.

Rifan mengangkat alis. "Mm... gue juga," kata Rifan. Kemudian menarik kedua tangan Nesya yang berada di belakang kepalanya untuk ia genggam.

Nesya mengernyit. "Hm? Lo juga?" Nesya dengan pasrah membiarkan tangannya bertaut dengan tangan Rifan. Sudah lama ia tak mendapat genggaman hangat itu.

"Iya, gue nggak yakin, sih, tepatnya kapan. Tapi yang pasti gue udah tertarik sama lo, sejak gue memutuskan untuk kenal lo lebih dekat." Yang benar saja. Nesya semakin tak bisa menahan euphoria yang ada di dalam dadanya. Ia tersipu dengan pipi yang bersemu merah. Ucapan Rifan memang sederhana, tapi maknanya mampu membuat Nesya terpana.

"Awalnya gue ngelak, karena gue kira lama-lama gue bakal terbiasa dengan perasaan itu. Tapi makin kesini, semuanya seakan dipersulit." Rifan kembali menjelaskan tentang perasaannya lebih lanjut.

"Gue nggak suka saat lo bilang kalau gue cocok sama Tyas. Gue juga gak terima lo terus-terusan sama Tresna. Dan di situ gue mikir, masih ada kah ruang di mana gue harus ngelak lagi?"

Nesya tersenyum. Astaga, kata-kata Rifan benar-benar mengandung gula. Ia menjadi tenang hanya dengan mendengarkan cerita Rifan.

"Sebenarnya, tanpa harus ada alasan-alasan itu pun, gue akan tetap bilang kalau gue suka sama lo. Karena gue sadar, cinta itu nggak butuh alasan."

Rifan sedikit mendekat. "Sama kayak kita. Kita nggak butuh alasan untuk bertemu. Tapi kita akan menjadi alasan itu sendiri untuk kelak bersatu."

Nesya sudah mencetak senyum lebar sekarang. Ia sudah tak peduli lagi dengan image-nya, ia benar-benar jatuh. Tanpa ia sadari, seseorang yang tiba-tiba saja datang dalam hidup, begitu mengubah banyak hal tentang perasaan Nesya selama ini. Dan Nesya tahu, konsekuesi apa yang harus ia tanggung jikalau nanti menempuh hubungan baru. Rasa takut akan hari esok memang pasti ada. Namun, selama masih ada waktu untuk bersama, kenapa tidak?

"Dan lo bilang lo nggak butuh penjelasan. Yang lo butuh itu kejelasan dan kepastian dari gue." Rifan mengeratkan genggamannya dengan Nesya yang masih setia mendengar kalimat Rifan yang sangat mengesankan ini.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang