18. Terkurung

90 11 143
                                    

Ehm, ni Rifan ni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ehm, ni Rifan ni.

• • •

18. Terkurung

"LO?!--LO, AGH! LO NGAGETIN TAUU!!"

Kini hanya ada suara gemaan, dan juga deru napas Nesya yang mengisi keheningan di ruangan lebar ini.

"Kenapa, sih, lo kerjaannya ngagetin orang terus!" lanjut Nesya yang masih sebal dengan Rifan.

"Salahnya lo kaget. Gue cuma mewakilkan opini masyarakat penghuni pepus yang denger suara sumbang lo tadi," jawab cowok berambut cepak itu santai.

Sialan.

"Ngapain, sih, lo kesini ganggu aja tau nggak." Nesya mulai membenahi dirinya. Ia memajukan kursi yang sempat terdorong, juga buku-bukunya yang berserakan tak karuan. Aish! ini semua karena Rifan! Kenapa orang semenyebalkan Rifan terlahir di dunia ini, tuhan?

Rifan menumpu berat badannya dengan satu tangan menempel di meja yang Nesya tempati. "Buruan keluar."

Nesya menoleh sinis. "Lo pikir lo siapa, huh?" Nesya menentang Rifan dengan berani.

Lagipula, sangat tidak masuk akal tiba-tiba menyuruhnya untuk keluar dari sini. Ia akan membela dirinya nanti dengan alibi 'Tadi Rifan dateng tiba-tiba, terus malah nyuruh aku keluar dari sini, Pak. Padahal, aku lagi tenang ngerjain tugasnya Pak Madun.'. Ya, Nesya akan menghilangkan fakta bahwa ia sedang konser tadi, jika Guru BK memanggil mereka untuk di eksekusi karena telah berbuat keributan.

Tapi sepertinya pikiran Nesya terlalu jauh, karena cowok jangkung di depannya ini justru memilih duduk di atas meja tepat di depan wajah Nesya.

Benar-benar kurang ajar. Mau pamer body paha atau gimana ini ceritanya!

Belum apa-apa Nesya sudah kesal sendiri dengan kehadiran Rifan disini. Baru saja tadi malam ia tak bisa tidur karena sibuk memikirkan makanan apa yang cocok ia masakan untuk Rifan nanti. Walaupun akhirnya pilihannya jatuh, karena memang hanya ada sayuran itu di dalam lemari pendinginnya.

"Apa?!"

Rifan menghembuskan napas gusar. Ia tak pandai membujuk seseorang. Lalu bagaimana ia menyuruh gadis ini keluar dari sini?

"Ck." Rifan berdecak putus asa. "Udah, deh lo nurut aja. Nggak usah ngeyel, buruan keluar," ucap Rifan yang sedang mencoba bersabar.

"Ogah, orang gue lagi ngerjain tugasnya Pak Madun geh," jawab Nesya acuh yang kemudian kembali membuka buku paket yang sempat diterlantarkan.

"Awas, minggir, jangan dudukin soal gue dong! ..." Rifan kontan berdiri ketika Nesya menyentil pinggangnya, "... tuh 'kan lecek," lanjutnya kesal.

Rifan memutar bola mata jengah.

"Nes ... buruan keluar." Kali ini Rifan mencoba bicara pelan-pelan. Siapa tahu kali ini Nesya meresponnya dengan baik.

"Nggak mau, Fan. Tanggung aelah. Lo kalau mau ngajak gw kencan, lain kali aja napa. Gue lagi sibuk nih."

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang