41. Mereka pacaran?

40 7 0
                                    

41. Mereka pacaran?

"Kenapa bengong terus? Ujian masih lama Nes."

Nesya memutar bola mata setelah Rifan meletakkan botol minuman yang ia teguk habis hingga tandas di atas meja taman belakang sekolah.

Jam istirahat pertama ini mereka kembali bertemu di tempat yang lumayan bersejarah bagi Nesya. Entah bagaimana bagi Rifan, cowok itu terlihat biasa-biasa saja. Terkadang Nesya tak yakin Rifan sekarang adalah pacarnya.

"Fan," panggil Nesya.

"Hm?" Rifan bergumam pelan.

Nesya menghela napas. Ia menopang dagunya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya sibuk mengaduk-aduk siomay yang masih utuh.

Rifan menoleh kepada Nesya yang dari tadi aneh sekali. Seperti ada sesuatu yang gadis itu pikirkan. "Lo kenapa, sih? Mimpi?" tanya Rifan yang berhasil membuat Nesya menoleh padanya.

Lengang sejenak akibat Nesya mengunci mulutnya untuk tidak bertanya perihal sesuatu yang menjanggal di hatinya. Namun, Nesya bukan tipe orang yang bisa menanggung masalahnya sendiri.

"Masalah lo sama Tyas tadi udah selesai, 'kan?" Nesya bertanya dengan raut gelisah. Sampai di sini Rifan tahu kenapa cewek ini sedari tadi berperilaku aneh tak seperti biasanya.

Napas Rifan kontan terhembus sedikit. "Udah, lo tenang aja. Gue sama Tyas udah nggak ada urusan apa pun lagi. Semua udah selesai bahkan sebelum kami memulai apa pun," terang Rifan.

Ya, Nesya tahu itu. Namun, bagaimana dengan Tyas? Apa kabar gadis itu? Apakah setelah ini mereka masih bisa berteman? Banyak sekali keresahan di hati Nesya. Nesya tak ingin mempunyai musuh. Ia punya teman seperti Reva dan Fadi saja sudah merepotkan ditambah kini mempunyai pacar yang absurdnya sudah overdosis, semakin merasa tersusahkan Nesya jika hendak ditambah musuh lagi.

"Lo nggak perlu takut. Gue yakin Tyas pasti bisa bersikap dewasa," ucap Rifan menenangkan Nesya.

Nesya hanya diam menatap Rifan yang kini tersenyum. Iya, ia tak perlu terlalu overthinking seperti ini. Nesya yakin, Tyas adalah gadis yang baik. Mereka pasti masih bisa berteman setelah ini.

"Oh iya, Nes."

Nesya menaikkan pandangannya, dan mendapati Rifan yang mencomot siomay utuhnya tanpa izin kemudian dilahap begitu saja. "Nanti jalan, yuk." Baru saja Nesya ingin protes, langsung berhenti ketika Rifan menuturkan ajakannya seraya mengunyah kembali siomay miliknya.

"Jalan?" ulang Nesya.

Merasa kurang afdol, Rifan menarik piring Nesya ke hadapannya. "Iya, nanti sore gue mau ajak lo ke suatu tempat," jawabnya yang kemudian mengaduh kesakitan.

"Lo gila, ya, Nes. Gaplok pala orang nggak tanggung-tanggung pake dua tangan sekaligus. Maruk lo," ringis Rifan sembari mengelus-elus kepalanya yang terasa nyeri.

"Ya lo pikir aja, tuh siomay main ditarik-tarik aja. Itu siomay gue!" Kemudian Nesya menarik siomay miliknya. Meski separuh dari siomay ini hasil teraktiran dari Rifan. Nesya tetap tak terima jika jatahnya diambil begitu saja.

"Ya habisnya cuma diaduk-aduk aja, gue kira lo nggak mau lagi."

Nesya mencebik, kemudian memotong siomaynya yang hanya tersisa 2 buah siomay lagi, itu pun satunya sudah ada bekas potongan Rifan. Lihat? Bagaimana Nesya tak melayangkan dua gaplokan dari tangannya kalau yang Rifan lakukan sangat amat menyebalkan.

"Jadi mau nggak?" Rifan kembali pada ajakannya.

Nesya memasukan satu potongan siomay ke dalam mulutnya. "Ke mana?" tanyanya.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang