40. Tyas dan Orang Misterius

55 7 30
                                    

40. Tyas dan Orang Misterius

Nesya menoleh ke samping kanan di mana Rifan menyelipkan juntaian rambutnya yang tak terikat di belakang telinga menggunakan jemarinya. Seraya menatap Nesya yang hari ini kembali dengan kuciran kudanya, membuat wajah gadis itu semakin terlihat jelas kecantikannya.

Nesya reflek memegang rambutnya yang kini sudah terselip. "Kenapa? Jelek, ya, kalau diginiin anak rambutnya?" ucap Nesya.

Rifan menggeleng pelan. "Nggak, gue cuma pengin liat wajah lo dari samping tanpa penghalang apa pun, aja," jawab Rifan membuat desiran panas menyeruak di pipi Nesya.

Sebisa mungkin gadis itu tak terpengaruh dengan ucapan Rifan yang hari ini selalu membuatnya ingin berteriak. Baper? Iyalah, siapa yang tidak baper mendapat perlakuan lebih oleh pacar sendiri. Apa lagi dia adalah Rifan, cowok yang selama ini selalu dekat dengan gelar nyebelin, angkuh, sombong, dan masih banyak lagi.

"Yaudah, yuk, berangkat." Nesya pergi lebih dulu ke depan gerbang rumahnya. Iya, hari ini pagi-pagi sekali sekitar pukul 06.00 Rifan sudah mengetuk pintu rumahnya. Membangunkan Nesya yang kesiangan akibat tidur larut tadi malam.

Nesya yang belum siap akan kehadiran Rifan harus menanggung malu ketika cowok itu melihat penampilannya yang urak-urakan. Nesya mencoba ngibrit secepat mungkin sesudah membukakan pintu untuk Rifan, tapi mana sempat, keburu Rifan menahan dan jadilah ia diketawai habis-habisan oleh Rifan tadi pagi.

"Pegangan yang kuat, ya. Lo terbang jangan salahin gue."

Nesya mencibir. "Sampai lo bawa motornya kebut-kebut gue putusin lo detik ini juga."

Sudut bibir Rifan kontan terangkat. Ancaman yang bisa dijadikan ancaman juga untuk Neysa. "Yaudah putusin aja," ujar Rifan santai yang kemudian melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"AAAA RIFAN! LO BISA NGGAK, SIH, SEHARI AJA NGGAK NYEBELIN!!" pekik Nesya yang sudah kesusahan menjaga keseimbangannya agar tak tumbang.

🌾🌾🌾

"Masa iya, sih, gue yang ganti semuanya. Kan Fadi juga yang nyenggol gue tadi," gerutu Reva.

Fadi melotot tak terima. "Kan gue udah bilang, gue keselandung kaki meja," ujar nya membela diri.

Dina dan Meli menghembuskan napas gusar. "Pokoknya gue nggak mau tau, ganti tuh tugas kelompok hari ini juga. Lo tau kan gimana sifatnya Bu Dian?"

Fadi dan Reva diam, mengaku bersalah. Sebagai informasi, pagi ini ada tugas kelompok yang harus mereka kumpulkan. Dan tugas itu habis basah karena tersiram teh manisnya Reva. Dengan alur kejadian yang memang adalah unsur ketidaksengajaan. Tetap saja Meli selaku anggota yang malam-malam rela mengantre di foto copy untuk mencetak banyak tugas yang Bu Dian kasih, merasa tak terima jika hari ini ia harus kena hukum oleh Bu Dian karena tidak mengumpulkan tugas. Dan Dina yang sudah capek-capek mengetik tugasnya di laptop bersama Nesya waktu itu juga merasa tak terima jika ia harus kena hukuman karena tugasnya basah.

"Lorang berdua udah nggak ngapa-ngapain, masa mau jeblosin gue, Dina, sama Nesya ke hukuman Bu Dian nanti, sih. Nggak beradab banget," omel Meli.

"Ya maap, iya, deh, gue yang ganti semua tugas. Lo Di, lo tugasnya nraktir gue somay Mang Odi hari ini. Nggak mau tau gue!" ucap Reva menunjuk Fadi dengan tatapannya.

"Enak aja lo curut kebon, mending gue gantiin tugas aje, palingan abis sepuluh ribu. Lah kalau nraktir lo? Bisa jadi fakir miskin gue hari ini," tolak Fadi yang membuat Reva mencebikan mulutnya.

Kini mereka tengah berjalan ke arah gerbang depan. Karena belum ada fasilitas foto copy di koperasi sekolah, terpaksa mereka harus berjalan keluar gedung untuk menyelamatkan tugas mereka--juga nyawa mereka--yang terancam dalam bahaya pagi ini.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang