48. Mulai berjuang

36 6 0
                                    

48. Mulai berjuang

Langkah Nesya berhenti di parkiran. Ia menatap Rifan yang menoleh ke arahnya. Kemudian ia segera mendekat.

Kini sudah waktunya jam pulang sekolah. Semuanya berjalan dengan biasa saja. Nesya membuat semuanya berjalan dengan semestinya. Makan siang di taman sekolah, mengobrol dengan santai, bercanda, dan banyak lagi. Ia tak menangis. Semuanya terlihat baik. Nesya memanfaatkan waktunya ini untuk terus bersama Rifan. Namun, apakah sekarang waktunya mulai habis?

"Fan," panggil Nesya yang sudah berada tepat di belakang Rifan.

Tadi mereka janjian untuk bertemu di parkiran. Lebih tepatnya, Rifan dahulu yang menyuruhnya langsung ke parkiran saja. Nesya tahu, maksud Rifan itu adalah mengajaknya pulang bersama. Bukankah seperti itu pasangan kekasih pada umumnya?

"Em? Udah? Yuk pulang." Rifan mengambil helm yang digantung di spion motor. Itu helm Nesya. Helm dengan stiker hello kitty itu khusus untuk Nesya.

Tangan Rifan yang mulai mengambang di udara guna memakaikan helm tersebut ke kepala pemiliknya kontan terhenti setelah tangan Nesya menghadangnya.

Rifan mengernyit. "Kenapa? Nggak mau pake helm?" ucapnya, menatap aneh tangan Nesya yang turun.

"Nggak."

Helm itu kembali Rifan gantungkan ke spion.

"Gue nggak bisa pulang bareng lo hari ini," lanjut Nesya membuat alis Rifan kontan terangkat cepat.

"Hm? Kenapa?" tanyanya langsung.

Nesya sedikit bergumam. Bukan tengah berpikir, ia hanya mencoba kembali meyakinkan hatinya, atas keputusan yang ia pilih. Nesya tak tahu mimpinya itu akan terjadi kapan, tapi antisipasi dari sekarang adalah pilihan yang terbaik untuk dirinya dan Rifan.

Ralat. Untuk Rifan.

Karena ia tak bisa baik-baik saja setelah ini.

Nesya menghela napas, memasok oksigen sebanyak yang ia bisa. "Gue ..."

Ucapan Nesya menggantung ketika suara dentingan ponsel mengalihkan fokusnya. Ia merogoh benda pipih itu dari dalam saku segaram.

Tresna:
Gue udah di taman.

Pesan dari Tresna yang muncul di pop up ponselnya, membuat Nesya mecoba mencampakkan rasa sakitnya. Ini belum apa-apa. Perjuangan baru dimulai sekarang.

"Em--gue, nggak bisa pulang bareng lo hari ini. Ada kerja kelompok MTK. Kayaknya, sih, sampe malam. Jadi, gue ijin nggak kerja juga," jelas Nesya berbohong.

Rifan menggut-manggut mengerti. "Oke. Lo hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa langsung hubungi gue."

Nesya mencetak senyuman di bibirnya. Senyuman terpaksa yang semoga terlihat natural di mata Rifan. "Yaudah, gue masuk lagi, ya. Nggak enak lama-lama ninggalin tugas."

Rifan mengangguk.

Setelah itu Nesya berbalik menuju koridor kelasnya. Sampai di batas pandang yang tak mungkin Rifan lihat lagi. Nesya berbelok ke arah timur belakang sekolah. Di sana sudah ada Tresna yang menunggunya dengan air mineral di atas meja yang ia tempati.

"Hai, Tres. Sorry, ya, agak terlambat," sapa Nesya mengambil tempat di depan Tresna.

Tresna menegakkan bahunya. "Santai. Gue juga belum lama nunggu, kok."

Nesya mengulum bibir, membalas respon Tresna dengan anggukan.

"Btw, hal apa yang pengin lo omongin sama gue?" tagih Tresna.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang