24. Ruang Jeda

75 10 72
                                    

24. Ruang Jeda


Nesya menutup pintu mobil taxi, ketika Vhandy juga Ibunya sudah keluar dari dalam mobil. Kemudian disusul oleh Rifan yang duduk di kursi depan. Seteleh transaksi pembayaran usai. Rifan bergegas bergabung dengan yang lainnya.

"Nanti obatnya di minum rutin, ya, Bu. Terus setiap bulan juga harus rajin check up, nanti Nesya temenin, deh," ucap Nesya yang sedari pulang periksa tadi, menyerocoh tak ada henti.

"Iya, Nak Nesya ...." jawab Bu Vhandy. Sudah hampir 7 kali ia mengucapkan 3 kata itu. Dan lama-lama ia jadi jengah sendiri.

Sama halnya dengan Bu Vhandy, Rifan pun juga ikut jengah sendiri. Namun, tak lantas ikut mengingatkan Bu Vhandy dengan hal yang sama. "Sebelum minum obat, pastiin perut Ibu kamu udah ke isi, ya, Vhan," ingat Rifan.

"Siap, Kak!"

"Vhandy janji akan jaga Ibu dengan baik!" seru Vhandy.

Nesya, Rifan, juga Bu Vhandy sontak tersenyum sembari mengeluarkan kekehan gemas melihat tingkah Vhandy. Bocah 9 tahun ini patut diacungi jempol. Di saat teman-temannya yang lain sedang sibuk dengan bola juga lapangan hijaunya. Ia justru sibuk dengan dengan box jualannya. Menantang panas lagi hujan, dengan tangguhnya. Demi memberikan sesuap nasi untuk Ibunya yang tengah sakit. Tolong beri tahu Nesya, ada kah yang tidak iba jika melihat pemandangan ini?

Di kala Nesya sibuk mengatur hatinya yang mencelus. Bu Vhandy menarik tangan Nesya untuk ia genggam. Nesya sedikit tersentak. Meski begitu, perubahan ekspresi tak begitu kentara di wajah ovalnya.

"Makasih, ya, atas perhatiannya hari ini," ucap Bu Vhandy memulai dialognya.

"Kamu anak paling baik yang pernah Ibu temui."

Mendengar itu Nesya reflek tersenyum. Kemudian beralih menimpa tangan Bu Vhandy yang menggenggamnya dengan tangan bebas Nesya. "Sama-sama, Bu. Nesya seneng banget, bisa bantu Ibu hari ini," ujar Nesya.

Bu Vhandy semakin melebarkan senyumnya, sebelum akhirnya beralih menatap Rifan. "Kamu juga Nak Rifan. Terimakasih, ya. Berkat kamu, Ibu bisa berobat sekarang," ungkap Bu Vhandy seraya mengelus-elus lengan atas Rifan bagai seorang Ibu dengan anaknya.

Rifan tersenyum. "Sama-sama, Bu. Ibu harus cepat sembuh, ya. Lawan penyakitnya. Rifan yakin Ibu bisa," ucap Rifan menyemangati.

Bu Vhandy menghembuskan napas pendek. Ia menatap Rifan dan Nesya dengan binar mata yang begitu behagia. Ternyata di luar sana masih ada orang baik yang ingin membantunya. Bahkan mereka tak pernah kenal sebelum ini, tapi perhatian yang mereka berikan lebih dari sekadar orang yang iba kepadanya.

"Kalian tahu." Bu Vhandy menggantung ucapannya.

"Kalian itu, pasangan paliiingg ... baik dan cocok yang pernah Ibu kenal," ungkap Bu Vhandy panjang.

Mendengar itu sontak membuat kedua alis Nesya dan Rifan menegak kaget. Pasangan? Cocok?

Nesya dan Rifan saling bertukar pandang, sebelum akhirnya sama-sama memutus kontak mata itu.

"Mm--hehe, iya, Bu. Makasih," ucap Rifan basa-basi.

Nesya merasakan sesuatu memeluk jantungnya erat ketika mendengar jawaban asal-asalan Rifan itu. Juga dengan hentakan kuat yang memukul sekitarnya, mengakibatkan jantung Nesya terus berdetak tak keruan.

Sejak kapan gue punya riwayat sakit jantung kek gini? Batin Nesya yang tak mengerti dengan apa yang ia alami barusan.

"Kalian harus langgeng terus, ya. Jangan berantem-berantem. Jika ada masalah, selesaikan masalah itu dengan cara yang dewasa." Bu Vhandy menasihati.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang