42. Filosofi senja

42 5 0
                                    

[!!]: Latar tempat di chapter ini hanya buatan author.


•••

Datang untuk pulang. Namun juga berjanji untuk selalu kembali.
-Senja-

•••

42. Filosofi Senja

Nesya menarik kunci dari dalam gembok gerbang rumahnya. Sore ini, ia memakai kaus putih polos dengan cardigan berwarna cream bermotif geometri, dipadukan dengan celanan jeans biru muda, juga sepatu kets putihnya. Rambutnya sengaja ia gerai sore ini, dengan wajah yang sedikit dipoles make up, penampilan Nesya terlihat cukup manis di mata Rifan.

"Yuk," ujar Nesya yang sudah siap berangkat ke tempat tujuan.

Rifan menatap gadis bercardigan cream itu lama. Untuk pertama kalinya, Nesya memamerkan keahliannya merias diri. Tak terlalu menonjol. Namun, sudah cukup membuat Rifan terpana dalam sekali tatap.

"Lo cantik banget sore ini," puji Rifan tanpa ragu.

Semuan merah menyeruak dari pipi Nesya yang sedikit terpoles blush on peach. Ia memanfaatkan rambutnya yang tergerai untuk menutupi guratan merah itu dari Rifan. Astaga, ternyata harapannya untuk mendapat pujian dari lelaki ini tercapai begitu cepat. Ia tak menyangka Rifan dengan cepat memujinya seperti itu.

"Emang biasanya cantik, kok," sanggah Nesya yang berusaha menahan dirinya agar tidak tersenyum.

Rifan terkekeh. Ia masih menatap gadisnya yang berusaha untuk tidak salah tingkah. "Yaudah, yuk, jalan," ujar Rifan yang kemudian memasangkan Neysa helm merah jambu lengkap dengan stiker Hello Kitty di belakangnya. Nesya hanya diam menunggu Rifan selesai dengan aktivitasnya.

Setelah memastikan helmnya merekat dengan sempurna di kepalanya kemudian Nesya bergegas naik ke atas motor ninja Rifan. Kali ini begitu manis, Rifan duluan yang menyodorkan tangannya kepada Nesya. Cewek itu menatap sejenak tangan yang sudah tersuguhkan untuknya. Lalu dengan malu-malu Nesya menggapai tangan tersebut. Hal-hal kecil seperti ini pun bisa menjadi hal yang paling tak bisa Nesya lupakan. Perlakuan manis Rifan, baik itu sekecil debu, selalu tersimpan indah dalam memorinya.

"Udah siap?" tanya Rifan.

"Udah. Emangnya kita mau ke mana?"

Rifan memakai helm full facenya. "Mau tau banget?"

"Iyalah. Gue turun kalau lo ngajak gue ke lampu merah lagi. Hargai jerih payah gue yang udah dandan demi jalan sama lo," gerutu Nesya mewanti-wanti akan hal buruk yang akan terjadi.

Terdengar Rifan tertawa pelan. "Intinya gue bakal ngajak lo ke suatu tempat yang sama kayak lo," jawab Rifan yang langsung membawa motornya membelah jalan.

"Sesuatu tempat yang kayak gue? Definisi gue pasti berhubungan dengan kecantikan. Lo nggak akan ngajak gue ke spa 'kan, Fan?"

Rifan mendengkus di balik helmnya. "Pede banget lo." Kali ini Rifan yang membuat Nesya mendengkus.

"Terus lo mau bawa gue ke mana?"

"Intinya tempat ini sama kayak lo. Tunggu aja, nanti lo bakal tau sendiri."

Kemudian Nesya memilih untuk tak memperpanjang pembicaraan. Ia mencoba untuk percaya dengan pacarnya ini. Jika ditilik, pakaian Rifan kali ini terkesan kasual dan tak ada tanda-tanda yang mengarah ke lampu merah. Celana jeans yang berwarna sama dengan jaket danim-nya, juga kaus abu-abu muda bermotif sablon, yang ditemani sepatu snikers hitamnya. Oke baiklah, Nesya bisa tenang sekarang.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang