55. Move on?

36 5 0
                                    

55. Move on?

"Nesya, lo ngelamun?"

Dengan cepat Nesya mengalihkan padangannya ke arah Tresna. "Ha? Nggak, kok," kilahnya.

Tresna menghembuskan napas. Dia bukan cowok bodoh yang akan percaya dengan kalimat nggak, kok, nya Nesya. Cewek memang seperti itu. Yang diucapkan akan berbeda dengan yang dirasakan. Bukan karena gengsi, tapi lebih ke arah sadar diri. Sadar diri kalau apa yang dia rasa bukanlah suatu hal yang penting bagi semua orang. Karena memang pada dasarnya hanya diri sendirilah yang benar-benar mengerti perasaan kita.

"Lo lagi liatin Rifan, ya?" tanya Tresna yang ia yakini akan mendapat jawaban iya.

Nesya tak menjawab saat itu juga. Ia kembali menengok ke arah pandangnya tadi. Rifan dan Tyas yang tengah berbincang bersama di bangku koridor kelas. Terlihat sekali akrabnya. Wajar, sih, kan hubungan mereka sudah terjalin cukup lama. Dari awal Nesya dan Rifan putus sampai sekarang. Sampai di waktu kelulusan angkatan mereka. Waktu yang cukup lama itu pasti membuat Rifan melupakannya dengan mudah, dan kemudian menemui pasangan barunya. Tyas.

Berbanding terbalik dengan Nesya. Gadis itu masih stuck saja pada rintik dukanya. Padahal sebentar lagi ia dan Rifan akan benar-benar berpisah. Tak lagi bersama di satu gedung sekolah. Tapi kenapa, bayang-bayang Rifan masih belum bisa hilang dari ingatannya? Kenapa Nesya tak bisa bangkit dari lukanya?

Terlihat dari sini Tyas tertawa pelan. Pasti karena gombalan Rifan. Nesya tertawa kecut memikirkan gombalan receh Rifan.

"Mereka cocok banget, ya, Tres." Tiba-tiba saja Neysa berucap seperti itu.

"Nes ..."

"Kayaknya, Rifan udah benar-benar lupain gue," lanjut Nesya.

"Nesya." Sekali lagi Tresna menegur.

"Tres, lo janji, ya, jangan kasih tau yang sebenarnya sama Rifan. Gue nggak mau cuma karena gue, dia jadi celaka." Sudah tak terhitung berapa kali gadis ini mengingatkannya tentang hal itu. Tentang yang terjadi sebenarnya. Tentang sebuah kebenaran yang selama ini Nesya pendam. Dan Tresna hanya bisa menurut. Tugasnya hanya membantu Nesya, seperti apa keputusan gadis itu. Itu diluar haknya.

"Eh, bocil. Berduaan terus lo pada." Fadi datang bersama Reva.

"Yuk ke papan pengumuman, kata Dina udah dipasang," ajak Reva membuat Nesya berdiri saat itu juga.

"Yuk, Tres." Tresna pun menyusul.

Mereka ber-empat berjalan beriringan ke arah papan pengumuman di mading sekolah yang sudah ramai dikerumuni siswa-siswi lain. Dina dan Meli sudah berada di sana dengan pasangan masing-masing.

Jangan tanya apakah Reva dan Fadi sudah punya pasangan atau belum. Memangnya siapa yang mau sama Reva dan Fadi? Ayolah berpikir rasional.

"Gue lulus nggak, Mel?" tanya Reva langsung.

Dina dan Meli menoleh ke sumber suara. "Nggak," jawab Dina dengan santainya

Hal itu membuat mata Reva terbelalak. "Serius lo?" Dengan tidak sabar Reva menerobos orang-orang di depannya untuk melihat daftar siswa-siswi yang lulus.

"Anjir, gue lulus! Sembarangan lo bilang nggak," cetus Reva menatap Dina nyalang. "Hampir aja gue mati di sini kalau beneran gue nggak lulus," tambahnya nyeleneh.

Fadi maju, ikut melihat papan pengumuman. "Okeh, princess lulus, dong," ucapnya bangga setelah berhasil menemukan namanya di papan pengumuman.

"Nggak nyangka gue lo lulus, Di," celetuk Reva yang langsung membuat wajah riang Fadi beringsut hilang.

Bunga Tidur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang