8• WOOSEOK

208 31 54
                                    


Hari yang sial ketika kita mendapatkan kelas malam dadakan. Malam yang seharusnya bisa dinikmati dengan mimpi indah menjadi sirna. Nasib itulah yang saat ini sedang dialami seorang pemuda jangkung, Jung Wooseok.

Orang tuanya yang berada di luar kota dan kakaknya yang pergi entah kemana. Bisa sendirian di rumah adalah hal yang selalu ia nantikan. Namun, pemberitahuan di grup kelas sialan itu membuatnya harus mengurungkan niatnya.

Dengan berat hati, Wooseok bersiap. Meskipun hanya berganti dengan celana pendek dan jaket denim yang selalu ia gunakan sejak zaman perjuangan, ia akan tetap menganggapnya bersiap.

Wooseok memberikan pesan singkat pada hyungnya sebelum berangkat dengan motornya. Motor yang pagi tadi kakaknya pinjam dan entah datang bencana apa sehingga membuat rodanya terlepas. Beruntung garansi masih berlaku.

Kakak gila.

Kuliah seperti biasanya sangat membosankan. Ayolah, seorang Wooseok sudah paham dengan semua materi ini. Apa tidak ada yang lebih menantang?

Dengan tak ada motivasi dalam dirinya, Wooseok akhirnya dapat mengikuti hingga kelas itu selesai. Dua jam sudah ia harus bertahan mendengarkan dosen berbicara.

Dengan berlari kecil yang membuat orang-orang di sekitarnya menatap penuh jijik, Wooseok pulang dengan semangat yang membara dan melaju dengan kecepatan penuh. Sepanjang perjalanan, ia berdoa agar rumahnya masih kosong dan ia bisa menikmati tidurnya dengan tenang.

Keingingannya sirna ketika melihat mobil biru tua sudah terparkir di halaman rumahnya. Hongseok pasti sudah pulang.

Ini sudah pukul sebelas dan kakaknya itu tak memasukkan mobilnya? Sangat menyebalkan ketika ia yang harus melakukan tugas Hongseok. Terpaksa Wooseok turun dari motornya dan memindahkan mobil biru itu ke garasi. Kuncinya? Tenang, seluruh keluarganya memiliki kunci mobil itu.

Selesai dengan apa yang ia lakukan, Wooseok dengan langkah gontai memasuki rumahnya.

"Wooseok pulang!" Teriaknya dengan nada malas.

Tak ada jawaban.

Lelaki dengan penampakan wajah yang lesu itu juga tak berniat mendapat jawaban. Namun dahi pemuda itu mengerut ketika pendengarannya menangkap sedikit kegaduhan dari arah dapurnya.

Badan Wooseok sudah lelah, ia ingin tidur secepatnya. Tapi kegaduhan itu membuat pikirannya memikirkan sesuatu yang buruk. Wooseok yakin bahwa itu kakaknya. Tapi tak menutup kemungkinan bahwa maling memasuki rumah ini.

Sial! Suaranya semakin gaduh.

Takut akan kemungkinan terburuknya. Wooseok berlari ke luar rumah dan mencari sesuatu yang dapat ia jadikan alat pertahanan dirinya. Sapu lidi. Perlahan namun pasti, ia melangkah menuju dapurnya. Dengan ragu ia berteriak untuk memastikan siapa di sana.

"Hyung! Aku Pu..."

Pemandangan yang ada di depan matanya membuat pemuda kelebihan kalsium itu membatu. Kakinya melemas. Ia menelan salivanya sendiri, masih tak percaya dengan apa yang ada di depannya.

Orang pasti akan melakukan hal yang sama jika melihat kakaknya sedang berciuman, apalagi dengan seorang pria manis.

Namun semanis-manisnya pria itu, Wooseok tau dengan pasti bahwa makhluk imut itu sahabat kakaknya sendiri. Jo Jinho.

"...Lang"

Tapi hal yang saat ini sangat membuat Wooseok ingin meneriakkan semua nama binatang adalah kenapa mereka melakukannya di sana? Sialan.

𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang