"Apa Hyunggu mencintaimu?"
Satu kalimat dari Jinho membuat Hongseok menghentikan semua pergerakannya. Matanya kosong sebab otaknya sedang memikirkan sesuatu yang tidak baik. Hongseok menatap Jinho, ia menautkan alisnya sebagai respon bahwa ia masih tak mengerti maksud pertanyaan barusan.
"Kenapa menanyakan itu? Itu tak penting kan?"
"Tak apa," jawab Jinho dengan senyumnya.
Jinho sebenarnya sedang menguatkan diri. Menguatkan diri karena hati, hubungan, dan masalahnya harus segara diselesaikan dan dibenahi saat ini juga. Ia mengusap perlahan wajah Hongseok yang saat ini masih sangat dekat dengan wajahnya.
"Aku sudah memenuhi permintaanmu. Tak bisakah kau menjawab pertanyaanku, Sayang?"
Hongseok menatap sayu Jinho. Ia sungguh tak mengerti kenapa Jinho menanyakan hal tak penting itu padanya. Namun entah kenapa, otaknya mengingat satu kalimat yang Yanan pernah katakan sebelumnya. Dan si manusia bambu sialan itu berhasil membuat firasat Hongseok sangat buruk sekarang ini.
"Hyung...," Lirih Hongseok, tangannya mengambil alih tangan Jinho dan membawanya dalam genggaman.
"Apa kau akan meninggalkanku?"
Mendengar pertanyaan itu, Jinho tersenyum dan segera menggeleng. Apa yang Hongseok katakan memang tak akan terjadi dan Jinho bisa menjaminnya.
"Jawab saja. Aku tak akan meninggalkanmu."
Jawaban Jinho membuat sedikit rasa kekhawatiran Hongseok menghilang. Namun firasatnya tetap saja buruk sedari tadi. Dan apapun yang akan terjadi, ia tak akan berbohong lagi. Sudah banyak ia menyembunyikan hal dari kekasihnya sendiri. Dan itu semua adalah suatu kesalahan. Jadi Hongseok akan berusaha berbicara jujur saat ini.
"Aku bertemu dengannya pagi tadi."
"Dia bilang...,"
Hongseok menggantungkan kata-katanya. Matanya yang masih berhadapan dengan mata sembab Jinho saat ini membuatnya ingin menyelesaikan masalah sialan ini secepatnya. Namun lidahnya sangat kelu untuk mengatakan kalimat berikutnya.
"D-dia bilang..."
"Dia bilang dia mencintaiku."
Berhasil.
Hongseok sudah berhasil mengucapkan yang sejujurnya. Jinho tersenyum mendengarnya. Tersenyum lebar namun segera mengalihkan pandangan matanya dari Hongseok. Ia menunduk, entah kenapa. Dan Hongseok kembali kehilangan senyum itu.
Hongseok mendekatkan dirinya. Ia melingkupkan tangannya pada tubuh yang lebih mungil, berniat mengangangkat badan itu untuk kembali mendongak menatapnya. Pria yang lebih muda menangkup wajah manis itu kembali. Tak ada senyuman, tak ada raut bahagia, hanya ada air mata yang kembali keluar.
"Percayalah, aku sama sekali tak mencintainya, Hyung."
"Dia sudah mempercayakanmu padaku."
"Kau percaya padaku kan, Hyung?"
Tak ada respon.
Jinho seakan menulikan pendengarannya. Namun si mungil itu tetap mengangguk. Ia menepis tangan Hongseok dan mengusap air matanya. Jinho mengambil nafas dalam. Berusaha menanyakan satu hal lagi yang sekiranya harus ia tanyakan untuk terakhir kalinya sebelum ia mengambil keputusan.
"Apa dia tadi menangis?"
Hongseok menautkan alisnya. Pertanyaan yang sangat tidak penting. Tapi wajah Jinho terlihat sangat pasrah saat menanyakannya dan hal itu hanya membuat Hongseok semakin geram terhadap masalah sialan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨
Fanfiction[Love, Fall, Hurt, Crazy] Mereka datang. Mereka yang merasakan Cinta, Luka, Sakit, dan Gila. Mereka yang berlomba untuk merebutnya. Mereka yang tidak membiarkan makhluk manis itu tertawa barang sedetik saja. Entah ini kisah mengesankan atau mengena...