[Love, Fall, Hurt, Crazy]
Mereka datang. Mereka yang merasakan Cinta, Luka, Sakit, dan Gila. Mereka yang berlomba untuk merebutnya. Mereka yang tidak membiarkan makhluk manis itu tertawa barang sedetik saja. Entah ini kisah mengesankan atau mengena...
Sebuah bisikan yang membuat tubuh Jinho melemas. Otaknya seakan berhenti bekerja. Badannya tak bisa digerakkan. Jinho tak pernah meragukan omongan Yanan, sahabatnya itu tak mungkin membohonginya sekarang. Jinho membatu di pelukan itu, masih memikirkan apa kebenaran yang di maksud.
Mengerti jika Jinho masih tak merespon bisikannya, Yanan tersenyum miring. Masih tak merubah posisinya, Yanan kembali mendekatkan bibirnya.
"Kurasa itu saja yang harus kukatakan."
Yanan dapat merasakan tangan Jinho mencengkeram bajunya kuat. Ia menggenggam tangan itu dan melepas pelukannya. Matanya kembali melihat mata kosong Jinho. Ia tak menyangka kalimatnya itu akan sangat berhasil.
"Jujur, aku tak ingin orang lain memiliki nasib malang sepertiku."
Yanan melepas Jinho. Mengetahui bahwa Jinho masih tak bergerak dari tempatnya, pemuda berdarah China itu segera mengambil semua pistol miliknya yang sedari tadi ada di Jinho.
"Aku akan tetap menyayangimu, Hyung."
Yanan mengecup pucuk kepala Jinho dengan si mungil yang masih diam di tempatnya. Ia berniat untuk pergi sekarang. Menuruti perintah yang tadi orang tersayangnya inginkan.
Ia berbalik sebelum melangkah keluar.
"Pacarmu itu sepertinya akan datang tak lama lagi."
Yanan terkekeh dan melanjutkan langkahnya. Jinho masih tak merespon semua perkataannya. Setidaknya Yanan sudah berhasil melakukan sesuatu yang berarti sebelum ia kembali meninggalkan Jinho.
Untuk yang kesekian kalinya.
"Sampaikan salamku pada Hongseok Hyung, Ya!"
《GRAVITY》
Semburat senja memasuki jendela kamar besar Jinho. Pria itu mengeryitkan dahinya, terbangun dari tidur singkatnya. Ia melihat jam yang melingkar di tangannya.
Pukul lima sore.
Setelah Yanan pulang, Jinho memutuskan untuk merebahkan dirinya. Otaknya masih terus memikirkan apa yang Yanan katakan. Sampai matanya tak kuat lagi untuk menahan semua beban di kepalanya. Ia terlelap lagi dengan pikiran buruk yang masih ada di sana.
Ternyata ia hanya terlelap selama setengah jam. Jinho membanting kembali tubuh lemas itu ke tempat tidurnya.
Jinho tak memutuskan untuk bangkit. Otaknya kembali mengingat telponnya bersama ayahnya siang tadi. Jinho merebahkan badannya senyaman mungkin dan memejamkan matanya kembali. Kali ini dengan tak lagi memikirkan apapun.
"Nanti juga mereka akan menyeretku."
Tok Tok Tok
Mata Jinho kembali terbuka. Pikirannya sudah mengerti siapa orang yang datang ke villa pribadinya. Hanya ada dua kemungkinan saat ini.
Bawahan ayahnya, atau kekasihnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.