7• THAT KISS

176 29 9
                                    


"

Suaramu masih merdu seperti dulu, sayang~"

Jinho tak mampu mengatakan sepatah katapun. Dadanya sakit dan tenggorokannya seakan tersekat.

"Kau tak merindukanku, Hyung?"

Setiap suaranya mengingatkan Jinho pada ingatan-ingatan yang bahkan sama sekali tak ingin ia ingat. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan semua rasa sakit yang ia rasakan.

"Kau masih di sana, Sayang?"

Mendengar panggilan itu, Jinho menyadarkan dirinya. Dadanya yang sangat sesak membuatnya kesulitan untuk bernapas. Ia membersihkan tenggorokannya untuk menormalkan suaranya.

"Ku bilang jangan pernah menghubungiku lagi."

Kekehan memenuhi pendengaran telinga Jinho saat ini.

"Kau masih saja dingin seperti dulu, Hyung~"

Jinho hanya diam. Masih menggigit bibir bawahnya dan menahan tangisnya. Pikirannya memerintahkannya untuk menutup panggilan itu namun tangannya tak berniat untuk melaksanakannya.

Suara ini... Jinho merindukannya.

Benar, ia merindukan suara yang paling dibencinya.

"Aku hanya ingin menyapamu Hyung... Aku merindukanmu."

"Aku tau kau tak akan menjawab apa pun."

"Aku tau bahwa saat ini kau sedang menahan sesuatu dalam dirimu."

"Aku tak akan memaksamu, Hyung."

Suara di seberang sana berhenti sejenak. Jinho dapat mendengar helaan napas. Helaan napas yang entah apa maksudnya.

"Aku ingin kau mengingat bahwa aku masih menunggumu kembali."

"Baiklah!"

"Sampai jumpa besok, Sayang!"

Jinho menekan tombol merah di ponselnya. Ia sudah tak kuat. Semua yang orang itu katakan membuat jinho tak bisa lagi menahan sakit di dadanya.

Tak kuasa menahan beban badannya, Jinho menjatuhkan dirinya di lantai. Tubuhnya lemas dan pandangannya kosong, memikirkan apa yang baru saja terjadi

Tak kuat lagi menahan, Jinho akhirnya membiarkan bulir bening menetes dari matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tak kuat lagi menahan, Jinho akhirnya membiarkan bulir bening menetes dari matanya. Dia... menangis.

Menangis dan berharap bahwa setiap apa yang ia keluarkan adalah semua kesedihannya. Jinho tak ingin lagi sedih, karena dia.

Ia menutupi wajah menyedihkannya itu dengan kedua tangannya. Menangis dan tak peduli betapa dinginnya lantai itu. Jinho mengusap air matanya kasar sebelum berlari masuk ke rumah Hongseok. Ia berlari pada seorang pria yang saat ini masih sibuk menata piring di raknya.

𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang