26 Desember 2001.
Nagano, Jepang.
Mobil hitam milik keluarga Jo yang berhenti berhasil membangunkan seorang anak kecil yang sedang terlelap dengan tenang. Anak manis itu mengeryitkan dahinya. Ayahnya bilang, perjalanan masih akan panjang. Namun ia bahkan hanya tertidur selama beberapa menit.
"Aku akan turun di sini dan menghubungi ayah jika sudah selesai."
"Kau yakin, Joonho? Kau yakin tak akan tersesat?"
"Tenang saja, Yah. Aku sudah mempelajari peta daerah sini."
Pendengaran anak itu menangkap suara yang tak asing di telinganya.
Perbincangan kakak dan ayahnya membuat anak berumur sembilan tahun itu mendudukkan dirinya dengan rambut yang acak-acakan. Sungguh pemandangan yang imut.
Melihat adiknya terbangun, Joonho tersenyum gemas. Ia dengan kebahagiaan tersendiri mengacak rambut berantakan manusia kecil di sampingnya itu.
"Apa sudah sampai, Hyung?"
Joonho tersenyum miring dengan ide yang ada di kepalanya.
"Belum. Tapi aku akan turun di sini. Kau mau ikut?"
"Kita ada di mana?" Tanya Jinho dengan wajah baru bangun tidurnya.
"Kita masih di jalan raya Jinho-ya. Tapi Hyung akan berjalan untuk menuju lembah Kiso."
"Lembah? Apa artinya Jinho bisa berlari-lari di tempat yang luas?" Tanya Jinho dengan matanya yang mengerjap antusias.
"Benar sekali! Jinho ikut hyung, Ya!"
Mendengar obrolan sekaligus rencana gila dari kedua putranya, Yunho menoleh. Tatapannya tajam pada anak pertamannya.
"Jinho ikut ayah. Hyungmu akan sibuk dengan tugasnya. Kita akan makan siang bersama."
Mendengar larangan dari ayahnya, Jinho mencebikkan bibirnya. Padahal Jinho sangat ingin bisa pergi bermain di lembah. Ia berimajinasi untuk merebahkan dirinya di tempat yang luas tanpa mendengar suara kendaraan yang akan menganggu telingannya lagi. Dan itu semua hancur ketika ia mendapat larangan dari ayahnya. Namun, sebuah ide memasuki kepala sang Hyung.
"Tapi ayah akan sibuk dengan paman-paman itu lagi. Apa ayah tidak kasian Jinho? Ia ingin berlibur di Jepang, Yah."
Jinho menatap kakaknya yang saat ini mengedipkan sebelah matanya. Anak itu tertawa renyah. Joonho ternyata sangat pengertian dengannya.
"Hyung benar. Jinho bosan melihat ayah terus berbicara pada paman-paman di sana lagi."
Sial. Kedua anaknya sangat kurang ajar pada Yunho. Pria paruh baya itu membuang nafas kasar. Namun semua yang dikatakan oleh kedua anaknya memang benar adanya.
Ia sangat merasa bersalah karena ia sebenarnya berjanji untuk mengajak kedua anaknya berlibur saat pertemuan bisnisnya. Dan ia tak sempat untuk itu semua. Yah, Ia hanya bisa berharap dapat mempercayakan semuanya pada si sulung .
"Apapun yang terjadi. Joonho, kau yang akan bertanggung jawab."
Kedua anak laki-laki itu membulatkan matanya tak percaya. Secara tak langsung, ayahnya menyetujui permintaan mereka berdua. Jinho terpekik bahagia mendengarnya.
"Terima kasih, Yah!" Serentak kedua putra.
Tanpa membuang waktu lagi, Joonho segera turun dari mobil. Ia segera membantu Jinho yang kesusahan turun dari mobil hitam ini. Bagimanapun, mobil besar ini terlalu tinggi untuk Jinho yang tidak terlalu tinggi.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨
Fanfiction[Love, Fall, Hurt, Crazy] Mereka datang. Mereka yang merasakan Cinta, Luka, Sakit, dan Gila. Mereka yang berlomba untuk merebutnya. Mereka yang tidak membiarkan makhluk manis itu tertawa barang sedetik saja. Entah ini kisah mengesankan atau mengena...