Hari semakin siang dan suasana di luar sana semakin panas. Seorang manusia mungil yang saat ini terbaring di sofa yang bahkan bukan miliknya itu sedari tadi terus menggeliat tak nyaman di depan adegan penuh mantra dari film yang sedari tadi tak jenuh ia pandangi. Changgu tak memenuhi janjinya. Ia bilang akan pulang secepatnya tapi matanya bahkan tak melihat tanda-tanda kedatangan seseorang hingga saat ini.
Jinho sebenarnya membohongi dirinya sendiri bahwa ia sudah baik-baik saja saat ini dan melupakan semua masalahnya. Kebenaran yang saat ini terjadi adalah pikirannya masih saja terus memikirkan tentang perjodohan gila itu. Jinho tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan hubungannya dan Hongseok jika hal itu benar-benar terjadi.
Jinho mengusap wajahnya kasar. Ia berusaha menyapu semua pemikiran atas hal mengerikan itu. Apapun yang terjadi, Jinho tak akan mau menikah dengan Hui. Tapi menikah atau tidak, bukankah Hongseok harus tau apa yang sebenarnya terjadi? Jinho tersenyum getir membayangkan apa yang akan terjadi pada Hongseok saat ia kembali menceritakan tentang orang itu dan apa yang apa terjadi di antara mereka berdua.
Namun tak peduli akan seberapa menyedihkannya Hongseok, Jinho wajib untuk memberitahunya. Hongseok punya hak untuk mengetahui hal semacam ini. Jinho memutuskan untuk mengalahkan rasa takutnya dan akan menemui Hongseok setelah ini. Menguatkan diri untuk mengatakan bahwa Hubungan mereka tak akan baik-baik saja.
Jinho segera mengambil ponselnya, mencari nama Hongseok dan tanpa membuang waktu lagi segera memanggilnya. Ia hanya akan mengatakan bahwa ia akan menemuinya. Karena jika Jinho mengatakannya di panggilan, ia yakin gendang telinganya bisa pecah saat itu juga.
"Honggie?"
"Jinho Hyung~"
Nada bicara Hongseok benar-benar terdengar sangat gembira saat ini. Jinho pikir Hongseok akan menangis di panggilan itu karena kejadian kemarin. Ya Tuhan, Jinho tak tega untuk merusak suasana hatinya.
Setidaknya, Jinho bisa bernapas lega mengetahui bahwa orang yang ia kira akan sakiti ternyata baik-baik saja. Dengan penuh keraguan, Jinho akan tetap berusaha mengakui keegoisannya kemarin.
"Maafkan aku, Hong. Kemarin aku benar-benar ingin sendiri."
"Tak masalah, Hyung. Ada apa menghubungi?"
"Bisa kita bertemu?"
"Tentu saja!"
Hongseok berteriak dari seberang sana, membuat Jinho terpaksa menjauhkan ponsel dari telinganya. Suara Hongseok yang sangat keras berkemungkinan besar akan membuatnya tuli saat ini juga.
"Boleh aku yang ke rumahmu?"
"Tentu, Hyung. Mau kujemput?"
Jinho tersenyum. Hongseok bahkan tak marah padanya atas semua perlakuannya. Memikirkan hubungan mereka yang akan segera bermasalah setelah ini membuat Jinho merasa sangat buruk.
"Tak perlu. Sampai jumpa pukul lima."
"Hmm. Aku merindukanmu."
Tak ada persetujuan dan hanya ada kata-kata itu lagi. Entah kenapa hati Jinho merasa tak nyaman. Seakan memiliki firasat yang buruk saat mendengar ungkapan itu, seperti ada yang tak beres dengan nada Hongseok barusan. Jinho hanya tersenyum dan mengabaikan perasaanya. Hatinya kadang memang seaneh itu.
"Aku juga."
Baru saja selesai dengan panggilannya, pintu rumah segera terbuka dan menampilkan sesosok Changgu yang nampak sangat menyedihkan dengan wajah yang kelelahan entah kenapa.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨
Fanfiction[Love, Fall, Hurt, Crazy] Mereka datang. Mereka yang merasakan Cinta, Luka, Sakit, dan Gila. Mereka yang berlomba untuk merebutnya. Mereka yang tidak membiarkan makhluk manis itu tertawa barang sedetik saja. Entah ini kisah mengesankan atau mengena...