9• MEETING

188 29 20
                                    


"

Hyung... Dia sudah pergi."

Kata-kata Hongseok menyadarkan Jinho yang masih tak berniat merubah posisinya. Membuat Jinho perlahan membuka tangannya yang sedari tadi menutupi wajahnya. Warna merah di pipinya masih terlihat sangat jelas. Jinho benar-benar tak bisa menahan rasa malu.

"...."

Jinho hanya diam, ia berusaha untuk turun dari meja dapur. Jangan melupakan bahwa sedari tadi ia terduduk pasrah di meja itu.

Hongseok yang melihat kekasih imutnya itu kesusahan, membantunya dengan rasa bersalah yang masih ada di benaknya. Dengan melihat wajah sayu Jinho, Hongseok memberanikan dirinya untuk mengakui kesalahannya.

Kesalahan yang sebenarnya sekali tak ia sesali.

"Hyung, soal tadi ma-"

"Tak apa, bagaimanapun juga kau berhak mendapatkannya."

Hongseok membelalakkan matanya, ia tak sadar bahwa saat ini pipinya memerah.

Biar ku ulang.

Jinho mengatakan bahwa Hongseok berhak mendapatkannya. Kalimat itulah yang membuatnya berpikir akan hal yang lebih. Betapa kurang ajarnya.

"Hyung tak marah?"

"Tolong antarkan saja aku pulang," singkat Jinho.

"Baiklah."

Hongseok hanya bisa menuruti apa saja yang lebih tua inginkan, ia tak ingin menambah masalah pria itu. Mengetahui bahwa Jinho tak marah dengannya, membuatnya justru merasa lebih bersalah. Hongseok memutuskan untuk mengambil kunci mobilnya dan segera keluar dari rumahnya yang tentu saja diikuti oleh Jinho.

Melihat mobilnya yang sudah terpakir di garasi membuatnya meruntuki dirinya. Bagaimana bisa ia tak menyadari kepulangan Wooseok dengan kebisingan yang adiknya itu ciptakan.

Seperti biasanya, ia membukakan pintu untuk Jinho. Jinho hanya tersenyum singkat sebagai rasa terima kasihnya.

Perjalanan benar-benar hening.

Jinho kembali memberikan perhatian penuhnya pada suasana tengah malam di luar sana. Sedangkan Hongseok yang masih mengingat kelakuannya, sedang sibuk memisuhi dirinya. Dalam diam, Hongseok melirik orang di sampingnya. Wajah yang sungguh suram.

"Maafkan soal Wooseok, Hyung."

Hongseok membuyarkan suasana. Keheningan sangat mengganggu konsentrasinya. Jinho tersenyum dan menoleh ke arah Hongseok.

"Tentu. Sampaikan juga maafku padanya."

Lelaki yang tengah memberi perhatian pada jalanan di depannya itu menautkan alisnya.

"Maaf padanya?"

"Kau melakukannya di dapur."

"A-Ah.."

Hongseok terdiam. Pipi Hongseok kembali memerah. Sial, setiap perkataan yang Jinho katakan membuatnya ingin pergi dari dunia ini. Kenapa dia bisa memalukan dirinya sendiri seperti itu.

Wajah Hongseok seketika memuram ketika mengingat nama yang Jinho katakan padanya tadi. Ia tak bisa menahan emosinya. Bagaimanapun juga Ia harus memastikan bahwa orang itu tak kembali pada hidup kekasihnya.

"Bagaimana soal dia?" Ucap Hongseok yang tak mengalihkan pandangannya dari jalanan malam itu.

Ia tak bisa lagi melihat wajah Jinho yang suram. Mengingat bahwa Jinho menangis karena orang itu membuat Hongseok mengepalkan tangannya. Jinho tak ingin membahas hal itu lagi, ia menggeleng sebagai respon. Berharap Hingseok akan mengerti bagaimana perasaannya saat ini.

𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang