Mobil Hongseok berhenti di depan rumahnya sendiri. Rumah yang tak terlalu besar, namun sangat elegan dengan warna hitam dan putih sebagai catnya. Hongseok yang hendak membuka pintu di sampingnya terhenti ketika tangannya di genggam oleh manusia yang sedari tadi duduk si sampingnya.Ia menoleh menatap kekasihnya. Jo Jinho.
"Ada yang salah, sayang?"
Jinho menggeleng. Ia ragu tentang apa yang akan ia katakan. Namun hatinya tak enak jika ia harus menahannya sendiri sedari tadi. Bagaimanapun Jinho harus menanyakannya, tak peduli akan reaksi Hongseok.
"Apa aku harus bertemu ayah ibumu?"
Hongseok tersenyum melihat ekspresi yang saat ini ia dapatkan dari pacar mungilnya itu. Sangat menggemaskan ketika wajah Jinho memerah hanya karena ia akan bertemu orang tua Hongseok. Hongseok kembali memberikan senyum manisnya dan mengelus tangan Jinho yang sedari tadi ada di lengannya.
"Tak ada orang di rumah."
"Anggaplah rumahmu sendiri, Hyung. Ayo!"
Jinho bernapas lega setelah mendengarnya. Ia memang sudah seringkali datang ke rumah Hongseok dan bertemu dengan orang tuanya langsung. Namun, ia belum siap mengatakan bahwa hubungan mereka sudah berbeda.
Jinho mengikuti Hongseok keluar dari mobilnya, ia mengalihkan pandangannya untuk melihat halaman rumah Hongseok. Tentaram dan nyaman . Ia betah tinggal di sini kapan saja.
Jinho segera mengusap wajahnya untuk menghilangkan pemikiran anehnya itu, ia memutuskan untuk mengekori yang lebih muda masuk ke rumahnya. Benar-benar kosong. Jinho bisa tersenyum lega sekarang.
"Adikmu juga tak ada di rumah?"
"Ia baru saja mengirimkanku pesan saat di mobil. Kuliah malam."
Jinho mengangguk. Namun ada rasa yang aneh di hatinya. Ia hanya berdua di rumah Hongseok... Malam-malam begini? Astaga, Jinho! Bersihkan pikiranmu. Kau datang ke sini hanya untuk makan malam dan pulang setelahnya.
"Hyung tunggu saja di ruang tengah. Aku tak akan lama," ucap Hongseok yang mencari keberadaan remot televisi untuk orang tercintanya. "Aku punya banyak Film Hyung, ada di lem-"
"Aku akan membantumu."
"Tak perlu, Hyung."
"Apa kau meremehkanku?"
Hongseok selalu salah. Dan itu mutlak.
"Baiklah. Ayo! Aku tau kau lapar," Ucap Hongseok sembari berjalan menuju dapur yang tak jauh dari posisi mereka sekarang.
"Sialan kau."
Hongseok hanya terkekeh. Ia segera menuju lemari es untuk mengambil beberapa bahan yang ia butuhkan. Sedangkan Jinho menunggunya di dapur dan menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan.
"Yangmyeon dan oden tak masalah kan, Hyung?"
Teriak Hongseok yang masih berjongkok di depan kulkas."Sangat tak masalah. Ayo sini cepat~"
Hongseok tertawa dengan membawa banyak ayam dan bahan-bahan lainnya. Jinho membantunya membawakan beberapa bahan ketika melihat Hongseok kesusahan dengan benda-benda di kedua tangannya.
Mereka akhirnya mulai melakukan tugas mereka masing-masing. Hongseok yang sibuk mengolah ayam dan Jinho yang merebus oden. Mereka berusaha memasak secepat mungkin. Perut Jinho sudah tak bisa diajak bekerja sama.
"Jadi, tadi kau membohongiku, Hyung?" Celetuk Hongseok yang saat ini sedang sibuk memotong ayam.
Jinho menoleh pada yang pria lebih tinggi. "Apa katamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨
أدب الهواة[Love, Fall, Hurt, Crazy] Mereka datang. Mereka yang merasakan Cinta, Luka, Sakit, dan Gila. Mereka yang berlomba untuk merebutnya. Mereka yang tidak membiarkan makhluk manis itu tertawa barang sedetik saja. Entah ini kisah mengesankan atau mengena...