"Menjauh darinya, Keparat sialan!"
Sebuah papan besi meluncur tepat di punggung pemuda Lee tanpa halangan sedikit pun. Membuat sang pemilik punggung malang itu terpekik keras.
"Agh!!"
Jinho yang sedari tadi memejamkan matanya terkejut atas apa yang terjadi pada orang di depannya. Matanya melebar ketika melihat tuan muda Lee sedang meringkuk kesakitan di lantai.
Hal yang lebih mengejutkannya adalah siapa pelaku yang berani melakukan kekerasan pada petinggi Leecost itu.
Dia....
"Yanan!"
Teriak Jinho pada Yanan yang sedang mengepalkan tangannya erat dan menatap Hui tajam penuh dengan amarah. Yanan segera mengalihkan pandangannya pada Jinho yang saat ini menatapnya sayu dan lemah.
Namun emosi Yanan melemah ketika ia melihat cairan bening mulai keluar dari mata cantik itu.
"Hyung..."
Pria tinggi itu melangkah cepat menuju pria malang yang terpojok di bilik kecil, mengabaikan orang malang yang saat ini merintih kesakitan di lantai.
"Yanan...," lirih Jinho yang tak bisa lagi membendung air matanya lag.
"Hyung tak apa?"
Jinho mengangguk. Yanan memeluk pria mungil itu. Ia dapat merasakan badan kecil itu bergetar hebat. Pria yang lebih tinggi mengusap pelan rambut Jinho.
"Kenapa kau bisa ada di sini?"
"Itu tak penting, Hyung..."
Kedua orang itu tak sadar jika saat ini Hui sudah berdiri dan mengepalkan tangannya. Tanpa menunggu waktu lebih lama, Hui segera mengarahkan pukulannya ke kepala belakang pemuda China itu.
"Mati kau sialan!!"
Pukulan yang diarahkan itu tak sampai tujuan karena Yanan segera berbalik dan menggenggam kepalan tangan yang sejajar dengan dadanya itu. Yanan menatap remeh pria yanb lebih pendek darinya.
"Kau seharusnya memperhatikan tinggimu, Bodoh!"
Yanan memutuskan untuk mengunci pergerakan Hui. Tak memedulikan Jinho yang saat ini kembali bergetar melihat Hui ada di hadapannya.
Yanan mengunci pergerakan Hui dan mendorongnya kasar hingga wajah pemuda Lee itu mengenai tembok bilik di depannya. Dari belakang, Yanan berbisik.
"Kuperingatkan kau untuk tak lagi menyentuhnya, Lee Hoetaek."
Emosi yang Yanan keluarkan membuat kunciannya melemah. Melihat kesempatan itu, Hui segera melepaskan tangannya yang sedari tadi terikat paksa oleh tangan besar Yanan. Hui tersenyum miring sebelum mendecih.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨
أدب الهواة[Love, Fall, Hurt, Crazy] Mereka datang. Mereka yang merasakan Cinta, Luka, Sakit, dan Gila. Mereka yang berlomba untuk merebutnya. Mereka yang tidak membiarkan makhluk manis itu tertawa barang sedetik saja. Entah ini kisah mengesankan atau mengena...