Ah! Jinho, kenalkan dia setahun lebih muda darimu. Hui, beri salam!"Deg.
Jinho mencoba untuk tetap tersenyum. Seorang pria muda yang sedikit lebih tinggi darinya perlahan melangkah mendekatinya. Jinho hanya menatapnya dengan senyuman tipisnya, sebisa mungkin untuk tak merusak suasana
Pemuda Lee itu menjulurkan tangannya.
"Lee Hoetaek, panggil saja Hui."
Jinho menatap tangan orang di depannya. Perlahan ia menjabat tangan itu, orang-orang di sana tak mengetahui bahwa saat ini pria mungil itu sedang berusaha mengalahkan ketakutannya.
Jinho sudah sangat mahir untuk profesional ternyata.
"Jo Jinho," singkatnya.
Jinho yang sadar orang di depannya mengeratkan genggamannya dan sedang menatapnya tajam segera menarik paksa tangannya. Beruntungnya kedua bapak-bapak itu tak menyadari perang dingin sedang terjadi di antara anaknya.
"Aku tak ingat apa kalian pernah bertemu sebelumnya. Tapi kalian terlihat sangat cocok."
Jinho segera menoleh pada pria di samping Hui. Begitu terkejut atas perkataan tuan Lee Jian itu. Maksudnya apa coba?
"Benar, kalian seperti saudara kandung," Tambah ayah Jinho yang membuat hatinya sedikit lega. Namun, yang tak Jinho sadari adalah saat ini wajahnya memerah padam. Menahan emosi dalam dirinya tak semudah yang ia kira.
"Jo Jinho, kau manis sekali," ucap tuan Lee melihat wajah Jinho yang masih memerah.
Kedua orang itu kembali tertawa. Jinho mendengar sedikit kekehan dari pemuda di depannya saat ini. Pria mungil itu hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Bersabar ternyata melelahkan.
Beraninya ia menertawaiku - Jinho
"Silahkan duduk. Aku sudah menyiapkan teh hijau untuk kalian."
Yunho segera mempersilahkan kedua orang itu untuk duduk. Jinho hanya bisa menuruti dan mengikuti apa yang ayahnya inginkan. Jinho menarik kursi kayu itu, menyiapkannya untuk keluarga lee duduki.
"Terima kasih."
Itu Hui yang berbisik pada mantan kekasihnya.
Jinho tentu saja tak menanggapinya. Ia tak mau pusing memikirkan masa lalunya lagi. Hongseok sudah lebih dari cukup untuk menggantikannya.
Jinho lebih memilih untuk bersegera mengambil tempat duduknya sendiri. Sialnya, ayahnya sudah duduk berhadapan dengan tuan Jian. Jinho mengumpat dalam hati. Yang benar saja, ia harus berhadapan dengan mantannya selama pertemuan ini berlangsung?!
"Jadi, kau memutuskan untuk menyerahkan pusat pada putramu, Tuan Jo?"
Yunho menghela nafasnya."Yah, aku sudah memutuskannya. Bahkan sudah kurencanakan sejak lama."
Orang di depan ayahnya itu terkekeh sebelum menyesap teh panas di depanya.
"Aku tak menirumu, tapi Leecost dalam beberapa bulan juga akan sepenuhnya ada di tangan Hui."
Yunho menegakkan badannya antusias.
"Wah, benarkah? Kenapa cepat sekali kau ingin pensiun, Hyung?"
"Yah, aku ingin menikmati masa tuaku dan membuat anakku segera memiliki tanggung jawab yang besar, Jo. Hanya itu."
"Aku suka gayamu, Hyung. Sungguh."
Kalimat terakhir dari ayah Jinho itu membuat tuan Lee tertawa begitu keras. Jinho hanya tersenyum. Sedari tadi yang putra Jo itu lakukan hanya menunduk dan tersenyum. Seseorang, lakuakan sesuatu karena ini sangat memuakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨
Fanfiction[Love, Fall, Hurt, Crazy] Mereka datang. Mereka yang merasakan Cinta, Luka, Sakit, dan Gila. Mereka yang berlomba untuk merebutnya. Mereka yang tidak membiarkan makhluk manis itu tertawa barang sedetik saja. Entah ini kisah mengesankan atau mengena...