33• HELP

57 15 14
                                    

"Kami sudah selesai dengan mereka," jawab Yuto dengan suara beratnya.

"Apa maksudmu selesai?"

"Masih kurang jelas ya? Kami sudah putus dengan mereka. Kami sekarang hanya ingin kau, Hyung."

Yanan tersenyum manis, begitu juga dengan Yuto. Mereka tau apa reaksi Jinho, dan sudah menunggu saat-saat seperti ini. Mereka berdua bisa melakukan apapun sekarang. Jinho kembali merasakan tak nyaman. Dia pikir sudah selesai perannya dalam menjadi antagonis untuk kedua sahabatnya. Namun tidak, dilihat dari manapun, semuanya hanya menjadi lebih buruk.

"Tidak mungkin. Yananie, kau akan menikah kan?"

Yanan menghela napas kasar dan merebahkan dirinya di ranjang yang sama dengan Jinho. Dia menggeliat di sana dengan senyum meremehkan "Haah, terlalu berat untukku jika harus menikah dengan orang yang tak kucintai Hyung."

"Yanan jangan gila!"

Dengan terpaksa, Yanan kembali mendudukkan dirinya. Dia menoleh ke arah Jinho. "Kami tidak gila. Kami sepenuhnya sadar Hyung. Dan kau...,"

Yanan menggantungkan kalimatnya dengan menyodorkan teunjuknya di depan hidung Jinho dengan tatapan tajam "...Kau tak memiliki hak untuk memaksaku lagi."

Jinho menepis tangan Yanan dengan tatapan benci. "Biarkan aku kembali."

"Tak bisa," tolak Yanan dengan senyum manis. Jinho menggertakkan giginya kesal. Tangannya mengepal, Jinho ingin melampiaskan emosinya.

Jinho segera berdiri dan menghampiri Yuto yang sedang santai menyesap kopi hitamnya, seolah tak terjadi apa-apa."Adachi, kau berbohong kan? Kau dan Hyunggu baik-baik saja kan?"

"Shhh diamlah. Dia sepertinya lebih sayang Hongseok daripada aku."

"Hah?!"

"Apanya yang 'hah'? Kau memutuskan hubunganmu dengan Hongseok. Untuk apa? Untuk Hyunggu kan? Bukankah itu artinya kau membiarkan Hyunggu mendapatkan Hongseok? Dan sekarang, kau sudah memberikan Hongseok untuknya kan? Jadi aku berhak bersamamu. Hey- benar-benar rencana yang bagus Hyung. Kau sangat pintar haha!"

Yuto tertawa penuh kemenangan. Jinho hendak menyangkal, namun semua yang dikatakan Yuto memang benar. Jinho tak berpikir jauh. Jinho hanya berpikir tentang kebaikan dirinya sendiri. Tak memikirkan apa pengaruhnya untuk orang lain. Dia hanya bisa terdiam di tempat. Melihat adik kecilnya yang dulu sangat polos menjadi seperti ini. Rasanya mengerikan lebih daripada apapun.

"Adachi, sejak kapan kau menjadi begini?"

"Hidupku ini keras, Hyung. Kau tak perlu memikirkannya, tugasmu hanya perlu diam dan menerimaku yang sekarang."

Jinho menggeleng tak suka dan segera membalikkan badan. Jinho segera berlari ke arah pintu. Berusaha untuk keluar dari orang-orang ini. Dan tentu saja, mereka bukan orang bodoh.

"Kami tentu tak akan membiarkanmu semudah itu Hyung. Kami ini sudah menyelamatkanmu. Inikah rasa terimakasihmu?"

Jinho kembali terdiam. Dia berdiri membatu di depan pintu. Jinho terus memikirkan apa rencana apa yang bisa ia lakukan untuk keluar dari sini. Namun sepertinya otaknya tak akan bekerja sepintar itu. Dia merasakan badannya terangkat. Yanan menggendongnya, dia kembali mendudukan Jinho ke ranjangnya.

"Kau lapar kan, Hyung. Aku akan membeli beberapa makanan. Tolong jaga Adachimu, Ya Hyung?"

Yanan tersenyum dan memberikan isyarat ke Yuto lalu keluar setelahnya. Yuto mengangkat satu sudut bibirnya, dia menghampiri Jinho. Jinho masih tak berkutik, dia tak memberikan perhatiannya pada apapun dan siapapun di sana. Jinho kembali suram.

𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang