13• YANAN

168 26 32
                                    

Suggest: play 'Can You Feel It' by Pentagon

“Hyung...”

Pandangan orang mungil itu kosong. Benar-benar kosong hingga memengaruhi pendengarannya saat ini. Jinho seakan tak mendengarkan panggilan dari orang tinggi di depannya.

Melihat Jinho yang tak menghiraukannya, Yanan memutuskan untuk mendekati Jinho. Tentu dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya. Mata kosong itu bertemu dengan milik Yanan.

“Diam saja di sana.”

Jinho perlahan berdiri di sudut bilik mengerikan itu, matanya yang kosong terlihat tampak lebih menyeramkan dengan penampilannya yang sangat berantakan.

Jinho berjalan mendekati Yanan. Yanan hanya diam mengikuti apa yang pria mungil itu inginkan. Saat  ini Jinho sudah ada di depan Yanan, mendongak dan menatapnya.

“Hyung?”

Tangan Jinho perlahan mulai terangkat, menyentuh wajah Yanan. Luka di sudut bibir Yanan membuat mata Jinho memanas kembali.

“Kau...”

Merasakan tangan mungil Jinho menyentuh wajahnya, Yanan mulai memejamkan matanya untuk merasakaan kehangatan dari sentuhan orang di depannya saat ini. Sudah lama sejak terakhir kali Yanan merasakan sentuhan dari tangan mungil ini.

“Terluka...”

Mendengar kata itu, Yanan membuka matanya. Penglihatannya menangkap pemilik tangan yang menyentuhnya saat ini meneteskan sebulir cairan bening dari sudut matanya.

Melihatnya, Yanan hanya tersenyum. Ia menggenggam Jinho, membawa tangan itu pada kecupan singkat dari bibirnya yang saat ini dihiasi oleh darah yang mulai mengering.

“Lagi...”

Sudah cukup. Setiap kata yang Jinho ucapkan tak membawa perubahan yang lebih baik. Hanya membuat mereka berdua merasakan sakitnya masing-masing. Yanan membenci nada itu.

“Kenapa lagi-lagi...”

Ia membawa pria malang itu pada pelukannya. Sebisa mungkin memberikan perlindungan yang ia bisa. Berharap bahwa ia dapat menghentikan setiap ingatan menyedihkan yang saat ini pria itu rasakan. Jinho menenggelamkan wajahnya pada dada Yanan, mengeluarkan air matanya di sana.

Benar, ia menangis lagi. Karena Dia.

Pria tinggi itu mengusap rambut Jinho, menghirup wangi yang sudah lama tak memenuhi penciumannya. Hingga matanya menangkap pemandangan menjijikkan yang tercetak di leher putih Jinho.

Ia melepas Jinho dari pelukannnya. Mata Jinho saat ini begitu merah dan sembab, pandangannya masih tetap kosong. Yanan mengusap air mata yang saat ini masih mengalir dan tersenyum setelahnya.

“Luka di lehermu lebih mengerikan, Hyung.”

Ucap yanan sembari mengeluarkan kain panjang dari jas hitamnya, membalutkannya pada leher Jinho untuk menutupi tanda hina itu. Terakhir, ia memakaikan topi hitam pada Jinho yang hampir menutupi wajah menyedihkannya.

Sekali lagi Yanan membawa tangan Jinho ke genggamannya.

“Ikutlah denganku.”


《GRAVITY》

“Akh, Shh...”

“...”

“Tolong pelanlah...”

Kamar yang semula hening kini dipenuhi oleh erangan Yanan. Ia sedang merintih kesakitan  akibat perlakuan dari pria mungil yang sedang sibuk mengoleskan obat ke luka di sudut bibir dan seluruh wajahnya.

𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang