[Love, Fall, Hurt, Crazy]
Mereka datang. Mereka yang merasakan Cinta, Luka, Sakit, dan Gila. Mereka yang berlomba untuk merebutnya. Mereka yang tidak membiarkan makhluk manis itu tertawa barang sedetik saja. Entah ini kisah mengesankan atau mengena...
Panggilan itu membuat seorang pria kecil dengan banyak buket bunga di tangannya melepas pelukan dari dua orang rekan di sampingnya. Mendengar suara yang selalu memenuhi pendengarannya selama beberapa tahun ini, Jinho membalikkan badan dan mencari sumber dari suara itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berhasil menemukan sang pemilik suara, Jinho menarik sudut bibirnya. Namun raut wajahnya segera berganti menatap iba pada pria yang saat ini tengah meletakkan kedua tangan di lututnya, terengah-engah setelah berlari entah dari mana.
"Kau tak apa, Hong?"
Pria yang dipanggil Hong itu masih berusaha mengambil banyak udara dengan keringat yang membasahi badannya. Kakinya lemas, badannya seakan ingin pingsan sekarang juga. Namun bertemu dengan manusia mungil di depannya membuat senyumnya tak bisa hilang di parasnya.
"Sepertinya begitu," jawabnya singkat.
Di tengah raut wajah yang nampak kehabisan seluruh tenaganya, ia mendongak untuk melihat pria mungil di depannya. Hongseok menegakkan badan dan tersenyum lebar melihat Jinho tengah menggunakan topi yang selama ini ingin ia gunakan. Topi kelulusan.
"Selamat, Hyung! Maaf, aku terlambat."
Jinho terkekeh dan mengelus lengan kekar pria di depannya. Hongseok memang terlambat. Sangat terlambat ketika ia datang satu jam setelah upacara kelulusan. Beruntung Jinho belum memutuskan untuk pulang.
"Terima kasih banyak, tapi kau kenapa lari begitu?
"Ban motorku lepas sekitar tiga kilo dari sini, Hyung. Sialnya, lima menit sebelum upacaramu dimulai," Jawab Hongseok dengan masih terengah-engah.
Jinho membulatkan matanya. Tiga kilo? bocah ini berlari seperti itu sejauh tiga kilo?!
Jinho panik dan segera bergegas menuju ranselnya, mengambilkan minum untuk orang gila ini. Dan kepanikan Jinho memuncak ketika ia kembali dan melihat lelaki itu sudah mendudukkan dirinya di tanah dengan badan yang menunduk dan kaki yang diluruskan. Jinho membuka mulutnya lebar.
Bukan apa-apa, tapi masalahnya ini upacara kelulusan. Meskipun sudah selesai sejam yang lalu, tetap saja masih sangat banyak orang di halaman kampus ini. Orang-orang di sana bahkan mulai memberikan perhatian pada pria malang itu.
Tapi Hongseok justru terlihat sangat tak peduli. Sepertinya kesadaran lelaki itu masih tertinggal di jalan.
"Hong! Kau yakin baik-baik saja?!"
Jinho berlari mengampiri seseorang yang tengah menjadi pusat perhatian. Menampar pipinya pelan untuk menyadarkannya. Hongseok membuka matanya perlahan dan mengangguk lemah.
"Yahh, aku tak apa, Hyungh."
"Ayo, berdirilah dulu. Di sini panas dan terlalu banyak orang," perintah Jinho sambil berusaha mengangkat Hongseok. Meskipun berakhir percuma.