"Tolong Ggu..."
"Jinho Hyung, ada apa denganmu?!"
"Bisakah kau membantuku..."
"Tentu saja. Kau kenapa Hyung?"
"Bolehkah aku ke rumahmu sekarang?"
"Tentu, Perlu ku jemput? Jangan membuatku khawatir begini!"
Jinho dengan tatapan kosongnya sedikit tersenyum. Ia tak pernah salah dalam memilih orangnya.
"Tak perlu. Aku akan ke sana Ggu, aku tak apa."
"Kutunggu, Hyung. Berhati-hatilah."
"Terima kasih banyak."
Jinho segera berdiri dari tempat menyedihkan itu. Dengan perlahan ia menuruni tangga. Berhati-hati akan suara yang ia timbulkan. Meskipun tak tau ayahnya akan mengizinkan atau tidak. Jinho akan tetap pergi ke rumah Changgu. Demi apapun, Jinho tak peduli.
Jinho keluar rumah. Berusaha untuk sebisa mungkin tak diketahui oleh penghuni rumah. Namun keinginannya gagal ketika Pak Kim datang dan berjalan mendekat padanya.
"Tuan, biar saya antar."
Jinho dengan cepat menggeleng, tau apa yang akan terjadi jika orang itu bersikeras akan mengantarnya.
"Tak perlu, Pak."
"Ini kewajiban saya."
Dengan sabar dan tak enak hati, Jinho menolak. Ia tak ingin merugikan siapa-siapa lagi saat ini.
"Tak perlu Pak Kim, terimakasih. Ini sama sekali bukan kepentingan bapak."
"Tapi kamu itu kepentingan saya, Jinho."
Jinho tersenyum dan menarik nafas panjang. Kenapa orang-orang keras kepala sekali sih?
"Atau ayah akan marah dan bapak akan di pecat nanti."
"Saya lebih baik dipecat daripada tak menjalankan kewajiban saya."
Sial, Jinho harus keluar secepatnya atau ia akan ketahuan yang lain nanti. Jinho memutuskan untuk mengangguk. Ia tersenyum pada sopir pribadinya. Orang ini benar-benar Ayah keduanya saat ayah yang ia percaya jauh lebih mementingkan bisnisnya daripada darah dagingnya sendiri.
"Terima kasih."
Dengan segera kedua manusia itu memasuki mobil dan melaju cepat menuju rumah kediaman Changgu. Sepanjang perjalanan Jinho hanya diam, matanya masih kosong. Ia masih tak percaya ayahnya bisa setega itu mempergunakannya untuk kepentingan bisnis.
Jinho menarik kata-katanya bahwa Tuan Jian tak terlalu buruk. Ia benar, senyum setiap keluarga Lee memang susah untuk dipercaya.
Mobil yang berhenti mendadak membuat pikiran Jinho tersadar. Dia sudah sampai di depan sebuah rumah.
"Terimakasih banyak, Pak Kim."
Pria tua yang duduk di kursi kemudi itu mengangguk dan tersenyum.
"Berhati-hatilah."
Ia segara keluar dari mobil hitamnya. Menunggu Pak Kim untuk meninggalkannya sebelum ia masuk ke rumah Changgu.
Sial, saat ini penampilan Jinho sangat berantakan. Jas yang dipakai Jinho pagi tadi masih ada di tubuhnya, mata sembab dengan pandangan kosong dan rambut yang sudah sangat tak beraturan.
Namun Jinho sama sekali tak mengabaikannya. Pikirannya masih terlalu sibuk untuk memikirkan tentang penampilan. Masalah besar sudah menunggunya. Dan Ia butuh seseorang untuk membantunya. Dengan langkah pelan, Jinho melangkah menuju ke pintu rumah Changgu.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨
Fanfic[Love, Fall, Hurt, Crazy] Mereka datang. Mereka yang merasakan Cinta, Luka, Sakit, dan Gila. Mereka yang berlomba untuk merebutnya. Mereka yang tidak membiarkan makhluk manis itu tertawa barang sedetik saja. Entah ini kisah mengesankan atau mengena...