Plakk
Tamparan keras baru saja didapatkan Jinho. Pria malang itu hanya diam ketika ia sendiri sudah tau apa yang akan terjadi padanya. Ayahnya benar-benar marah sekarang ini. Tatapannya tajam, Jinho bahkan tak kuat untuk menatapnya.
"Sudah puas memalukan ayah?"
Jinho masih diam. Tangannya perlahan mengusap pipi yang saat ini terasa sangat panas.
"Pertemuan tak berjalan lancar karenamu, Jinho!"
"Putra Lee juga terluka parah."
Jinho menegakkan badannya. Pendengarannya yang kembali menangkap nama Lee membuat hatinya kembali tak tenang. Ayahnya sangat pintar dalam membaca suasana di sekitarnya. Ia tak heran jika Yunho sudah mengira bahwa masalah Hui berhubungan dengannya.
"Katakan apa yang kau tau soal ini."
"Ingatlah bahwa ayah tak ingin mendengar kebohongan."
Apa ini artinya Jinho harus menceritakannya? Semua yang Hui telah lakukan padanya? Sial. Jinho malu. Namun jika ia menceritakan kebusukan yang sudah Hui lakukan padanya, ayahnya tak mungkin akan tinggal diam, kan?
Mungkin hubungan keluarga mereka akan memburuk dan rencana Yunho soal hubungan kerja sama akan gagal total. Tapi persetan. Jinho tak mau berhubungan apa lagi bekerja sama dengan iblis itu.
Dengan tangan yang bergetar, Jinho mencoba sebisa mungkin mengatakan semua kebenaran memalukan yang tadi terjadi.
"Yanan dan Hui bertengkar."
Yunho yang sebelumnya tak memandang wajah putranya segera menengok atas ucapan yang baru saja Jinho katakan. Ingatannya mencoba bekerja ketika mendengar nama yang pernah ia dengar sebelumnya.
"Yanan? Temanmu dari China itu?!"
"Benar."
Yunho perlahan berjalan menuju jendela. Dia berdiri di sisi jendela dan menatap jalan ramai yang ada tepat di samping rumahnya. Seakan tak menghiraukan Jinho yang bahkan saat ini perasaannya tak menentu.
"Ceritakan semuanya."
Jinho mengangguk dan mencoba menceritakan semua yang ia bisa. Karena ayahnya sangat tau bagaimana nada yang ia keluarkan saat ia mencoba berbohong.
"Hongseok tadi meneleponku dan aku menjawabnya di kamar mandi."
Bibir Jinho mulai terasa kelu.
"Hui datang padaku dan mencoba m-melecehkanku."
Jinho menarik nafasnya dalam untuk tetap menguatkan dirinya. Ingatan tentang kejadian tadi pagi membuat kakinya melemas entah kenapa.
"Aku tak tahu bahwa Yanan ternyata ada di sana. Jadi Yanan menyelamatkanku dan mereka berdua bertengkar di sana."
"Apa Yanan teman lama Hui?" Potong Yunho dengan masih tak berniat untuk memandang lawan bicaranya.
Sedangkan Jinho yang sedari tadi menunduk segera mengangkat kepalanya. Bingung atas pertanyaan ayahnya yang sangat tidak berhubungan dengan apa yang baru saja yang ia ceritakan.
"A-apa? Ya, mereka pernah bertemu beberapa tahun yang lalu."
"Jadi Hui berkata Jujur. "
Jinho mendongak menatap ayahnya tak percaya. Jinho terkekeh heran pada respon ayahnya yang sama sekali tak ia kira.
"Yah? Apa aku tak salah dengar?"
Yunho masih tak berpindah dari tempatnya. Menoleh pun tidak. Pandangannya tajam menatap sesuatu di bawah sana. Seakan memikirkan suatu hal entah apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐑𝐀𝐕𝐈𝐓𝐘 || 𝐉𝐨 𝐉𝐢𝐧𝐡𝐨
Fiksi Penggemar[Love, Fall, Hurt, Crazy] Mereka datang. Mereka yang merasakan Cinta, Luka, Sakit, dan Gila. Mereka yang berlomba untuk merebutnya. Mereka yang tidak membiarkan makhluk manis itu tertawa barang sedetik saja. Entah ini kisah mengesankan atau mengena...