CHAPTER 4 - Memasang Jebakan

95 6 0
                                    

Venus mencoba melawan preman yang mengobrak abrik sekolah jalanan yang dibuatnya. Untung ada Julian yang tiba-tiba menarik Venus dan membawanya pergi,sehingga dia terhindar sabetan pisau yang nyaris mengenai tangannya.

"Hey lepaskannn,siapaa kamu,kenapa main tarik tanganku,sakit tauuu. Lepasin gakkk" kata Venus menggerutu

Julian tidak menjawab sepatah katapun. Venus melihat gelagat mencurigakan karena julian memakai masker. Julian membawa Venus ke gang sempit

"Aku rasa disini lebih aman"kata Julian sambil celingak celinguk

"Siapa kau sebenarnya,jangan jangan kau komplotan mereka. Lepasin tangan aku gak!!" kata Venus kesal dan hampir mencopot masker Julian tapi julian seketika memegang erat tangan Venus dan menutup mulutnya

"Astaga apa yang orang ini mau lakukan padaku. Kenapa dia memandangku seperti itu" ujar Venus dalam hati.

Seketika Venus tak kehilangan akal dia menendang kemaluan Julian. Hingga Julian jatuh kesakitan.

"Rasakan dasar pria gak waras"kata Venus sambil berlari meninggalkan Julian

Julian yang jatuh tersungkur melihat Venus pergi sudah agak jauh,dia melepaskan maskernya

"Wanita itu selalu membuatku penasaran, tingkahnya semakin membuatku suka" kata Julian sambil tersenyum simpul.

Tiba-tiba dari belakang Roy yang sudah mengawasi gerak gerik Julian dari tadi, mengangetkannya dengan menarik bahu Julian

"Aku datang baik baik, cepat menyerahlah Julian. Aku tidak ingin ada kekerasan" kata Roy tegas

Julian berusaha melarikan diri, tapi Roy mencegahnya dan mereka akhirnya mereka berkelahi.

"Jangan bermimpi aku akan menyerahkan diri" kata Julian yang berhasil kabur dan berlari sangat cepat.

"Arghhh...!" Kata Roy kesal

"Halo Briptu Feny. Sepertinya kali ini aku gagal lagi menangkap Julian" kata Roy dengan napas terengah engah

"Kembali saja ke markas, ada yang lebih penting" ucap Briptu Deny

Esok harinya, Rain yang semaleman terbaring karena demam tersadar dirinya sudah berada dirumah

"Non sudah sadar syukurlah, ini obatnya diminum ya non. Semalaman non menggigil. Tapi sudah bibi panggilkan dokter" kata Bik Ijah assisten rumah tangga dirumah Rain

Rain kembali teringat kalo kemarin Mars tidak mempedulikanya dan membiarkannya pingsan ditengah hujan

"Aku tidak menyangka Mars setega itu. Dia bukan Mars yang kukenal dulu" ucap Rain dalam hati ia geram dan tak kuasa menangis kesal.

"Aku tidak butuh obat" kata Rain sambil membanting obat-obatan yang diberikan Bik Ijah

"Tinggalkan aku sendiri, pergiiiiii!!!!" Bentak rain penuh emosi sambil mengusir pembantunya

"Sekarang apa yang harus kulakuan untuk membuat Mars kembali seperti dulu" pikir Rain dalam hati

Rain kembali teringat hari ini ada janji meeting dengan Tohpati dan tim BEI
"Astagaaa jam brp ini. Sepertinya aku terlambat" ucap Rain panik sambil bersiap siap

Dengan kondisi yang belum sehat Rain tetap memaksakan diri datang menemui Tohpati di tempat yang sudah dijanjikan.

Sementara itu Tohpati, Aura dan Roland sudah menunggu hampir 1 jam

"Sebetulnya dia jadi datang tidak sih. Kita sudah menunggu terlalu lama disini" kata Roland sambil mengunyah cheesesticknya

"Bersabarlah sedikit. Mungkin dia sedang di jalan" kata Tohpati

TITIK KOMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang