CHAPTER 2 - Lubang jarum

180 8 1
                                    

Aura membuntuti Roland karena merasa penasaran. Aura melihat Roland memasuki tempat misterius yang terlihat dari luar seperti gudang.

Aura mengendap-endap masuk dan tak sengaja mendengar percakapan Roland dengan pria berjenggot berpenampilan eksentrik

"Kenapa harus aku lagi, seperti tidak ada anggota lain yang mampu menangani ini" ucap Roland sambil tak berhenti mengunyah cheese stick

"Ya karena cuma kamu yang sanggup. Klien kita kali ini tidak sembarangan. Kamu tau kan Nona sasmita siapa, dia itu masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Dia sanggup bayar kita berapapun" kata Tohpati meyakinkam Roland

"Ya aku sudah tahu itu, tapi jujur ini bertentangan dengan idealisme ku. Aku ini detektif bukan tukang adu domba" kata Roland kesal.

"Apa bedanya detektif dengan orang yang disuruh mencari sebuah keterangan. Disini kita hanya diminta menyelidiki. Kupikir ini masih realistis kok" tambah Tohpati

"Kau gila paman. Mungkin untuk hal ini kau sebaiknya mencari detektif perempuan. Aku tidak berminat" ucap Roland sambil meninggalkan tohpati

Aura kelabakan dan buru-buru meninggalkan lokasi karena takut ketauan. Namun tak sengaja kakinya justru menabrak kursi dan jatuh persis di depan Roland

"Apa yang kau lakukan disini,kau membuntutiku!!" ucap Roland geram

"Aaaa..akuu tak sengaja lewat" bantah Aura sambil nyengir

"Banggunn" ucap roland sambil menarik kaos Aura layaknya anak anjing

Tohpati yang mendengar kegaduhan langsung mendekat ke arah Roland

"Ada apa ini, siapa gadis itu?" tanya Tohpati penasaran

"Gadis yang kutemukan di jalan tadi siang. Sepertinya dia mendengar pembicaraan kita" kata Roland dengan gaya songongnya

"Bawa dia kedalam" perintah Tohpati

Aura berada dalam situasi sulit karena mendengar percakapan Tohpati dan Roland.

"Apa maksudmu menguping pembicaraan kami. Sebetulnya kamu suruhan siapa" Tohpati terus mengintrogasi Aura

"Aku bukan suruhan siapa-siapa. Lagipula siapa suruh orang aneh ini tiba-tiba menarik tanganku dan membawaku kesekitar sini" kata Aura dengan nada membantah

"Apa benar itu Roland?" tanya Tohpati sambil melirik Roland

"Aku hanya penasaran tidak lebih. Aku tidak mendengar apa-apa kok bener deh" lanjut aura sambil sesekali menunduk polos

Roland mendekatkan wajahnya ke aura dan membentaknya

"Bohongg!!!" bentak Roland

"Hufhh" ucap Aura sambil menghela nafas

"kenapa kau tidak percaya sih. Apa aku terlihat seperti pembohong" kata aura sambil tersenyum menunjukan giginya.

Roland pun terus memandang Aura dengan tatapan curiga

"Hmmm... baiklahhh aku mengaku, aku tidak sengaja mendengar obrolan kalian. Aku... aku bahagia bisa bertemu kalian. Mungkin ini takdir dari Tuhan" kata Aura sambil tersenyum gembira

Tohpati dan Roland saling berpandangan penuh keheranan dengan sikap Aura. Mereka berdua menatap Aura dengan sinis

"Oke biar aku jelaskan. Aku datang ke Indonesia memang untuk satu tujuan. Ingin menemukan pembunuh ibuku. Itu sebabnya selesai menjalani studiku aku bertekat ingin menjadi detektif. Tak diduga aku bertemu dengan kalian. Sungguh kebetulan yang membahagiakan bukan" ucap Aura semangat

"Haaaaahahhahahhaah, apa kau sedang mendongeng." ucap Roland menyepelekan

"Tunggu, aku rasa aku perlu melihat ijasahmu" ucap Tohpati

TITIK KOMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang