Ini hari pertama Aura melamar di kantor Mars. Aura termasuk tiga kandidat yang beruntung masuk kualifikasi calon sekertaris Mars. Aura sengaja menyamar dengan memakai kacamata. Berharap Mars tidak mengenalinya. Mars kemudian memperkenalkan diri sambil berjabat tangan dengan tiga kandidat, hingga sampai yang paling ujung. Mars kaget begitu tau Aura adalah salah satunya.
"Kaamuuu" ucap Mars kaget
"Aduhhh gawat nih, apa dia mengenaliku" kata Aura dalam hati
"Ya...Kamu kemari!! Yang lain silahkan tunggu diluar sebentar" kata Mars sambil menunjuk Aura
"Saya pak" kata Aura kaget
"Ya kamu. Langsung saja setelah melihat CV kamu, saya nyatakan kamu tidak masuk kriteria. Jadi sebaiknya kamu pulang" kata Mars sambil mengembalikan CV Aura
"Hah mana bisa begitu, kita saja belum interview bagaimana bisa bapak langsung mengusir saya tanpa tahu kemampuan saya" kata Aura kesal
"Tidak perlu interview lagi, karna yang saya butuhkan bukan fresh graduate" kata Mars sambil mengacuhkan Aura
"Tidak bisa begituu. Tolonglah pak Mars minimal bapak interview saya dulu. Saya benar benar membutuhkan pekerjaan ini" ucap Aura memohon
"Kalau semua orang seperti kamu. Mungkin kantor saya sudah jadi dinas sosial" kata Mars tegas
"Ternyata jika tidak dikegelapan orang ini sungguh menyebalkan. Benar benar tidak tau terimakasih" kata Aura dengan suara lirih
"Kenapa kamu bicara bisik bisik seperti itu. Kamu pikir saya tidak mendengarnya" kata Mars menyindir Aura
"Aku bilang bapak Mars Adiguna yang rupawan. Anda sungguh tidak tau berterimakasih kalau saja malam itu saya tidak menolong bapak mungkin bapak sudah..." kata Aura sambil teriak teriak
Namun belum sempat aura melanjutkan kata-katanya. Tiba- tiba Mars menarik aura ke sudut ruang kantornya, mempepetkannya ketembok dan membekap mulutnya.
"Kenapa kamu malah berteriak teriak, saya harap kamu tidak membahas kejadian di ruang muathai malam itu" ucap Mars sambil memandangi Aura dengan tajam
"Mmmmm...mmmmm lepaskan saya" ucap Aura dengan nada yang tidak jelas karna mulutnya ditutup.
"Aku akan melepaskanmu jika kamu berjanji untuk tidak meceritakan kepada siapapun masalah phobiaku waktu itu" ancam Mars kepada Aura
"Hmmm jadi tidak ada yang tau soal aib mars yang takut gelap. Ini bisa aku manfaatkan hahhahaah" ucap Aura dalam hati.
Mars merasa aneh karena dari sorot mata Aura justru menunjukan kebahagiaan bukan ketakutan.
Lolita yang baru tiba dari Singapura langsung menuju kantor Mars.
"Aku akan memberikan kejutan untuk Nars. Pasti dia suka dengan kadoku ini" kata Lolita sambil memasuki kantor Mars
"Selamat siang Bu lolita" kata karyawan Mars sambil menyambut Lolita.
"Eh.. ehh Itu kan bu lolita pemilik Jewelery Blink Company kan. Makin cantik ya dia" bisik salah satu karyawan Mars kagum
Lolita langsung menuju ruangan mars namun karyawan mars berusaha mencegah
"Maaf bu Lolita. Pak Mars sedang tidak bisa diganggu beliau sedang..." kata karyawan itu tapi lolita tidak menggubris dan tetap memaksa masuk
"Ssstt... minggir, lebih baik kamu diam saja" ucap Lolita dengan suara lirih sambil memaksa masuk
Lolita memasuki kantor Mars perlahan. Dilihat meja kantor Mars kosong. Pandangan Lolita tertuju ke arah pojok kantor. Didapatinya Mars sedang berpandangan dengan Aura sangat dekat

KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK KOMA
RandomBagaimana jika tujuan menjadi detektif hanyalah untuk membalas dendam masa lalu. Bagaimana pula Aura harus berhadapan dengan cinta dan profesinya? Mengisahkan Aura gadis lulusan Murdoch University Jurusan Psikologi kriminal datang kembali ke Indones...