⚠️Warning ⚠️
DALAM TAHAP REVISI!!!
HARAP FOLLOW AUTHOR SEBELUM DI BACA!!
The Jazzton Series 1
________________________________________
Dia tampan dan juga kaya, mempunyai cabang bisnis dimana-mana. Semua orang tidak berani mengganggunya, apalagi or...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
»11«
D I S E B U A H kamar yang minim pencahayaan terdapat seorang gadis cantik yang terbaring di tengah ranjangnya, ia tidak sendirian melainkan ada sesosok pria yang duduk berpangku kaki di sofa kamar itu. Tepat di sebelah ranjang.
Sekarang jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 tepat, itu berarti Jovin telah berada dalam kamar itu lebih dari 4 jam. Namun, gadis yang ia tunggu itu belum membuka matanya setelah disuntikkan cairan oleh Dokter. Kemungkinan besar besok pagi Agnes akan tersadar, kata Dokter wanita itu. Mengingat demam yang dialami oleh Agnes cukup tinggi.
Jovin kemudian berdiri lalu membuka turtleneck hitam berbahan wol yang ia kenakan, menyisakan celana kain coklatnya. Pria itu kemudian duduk perlahan dibibir ranjang lalu membuka sepatu pantofel nya dan merebahkan tubuhnya tepat disebelah Agnes.
Setelah menyampingkan tubuhnya secara nyaman, pria itu lalu meletakkan satu tangannya diatas kedua tangan Agnes yang terlipat diatas perut gadis itu.
Panas, suhu tubuh gadis itu masih panas walaupun sudah tidak sepanas tadi.
"Ngghh,"
Suara lenguhan panjang yang keluar dari bibir pucat milik Agnes membuat Jovin kembali terduduk. Pria itu lalu menyusun bantal di kepala ranjang lalu menyandarkan tubuhnya disana, menarik selimut tebal menutupi tubuh Agnes sampai di leher. Tangannya yang kekar itu lalu berpindah dikening Agnes, mengusapnya dengan lembut sampai kerutan di dahi gadis itu hilang perlahan.
Detik, menit, dan jam telah berlalu. Sudah pukul 2 malam namun Jovin belum menutup matanya, ia masih setia dengan posisinya sambil mengusap dahi Agnes. Padahal gadis itu sudah terlelap dalam tidurnya dengan nyaman.
Tiba-tiba saja gadis itu bergerak gelisah sambil terisak lalu menggumamkan kata 'dingin' membuat Jovin langsung turun dari ranjang dan mencari selimut tebal lainnya lalu menutup tubuh Agnes. Pria itu lalu kembali naik keatas ranjang, memeluk tubuh gadis itu dengan lembut.
"Husstt, tidurlah. Aku akan menjagamu," bisik Jovin ditelinga Agnes membuat gadis itu langsung terdiam dan kembali terlelap.
* * *
Agnes tetaplah seorang gadis remaja yang manja dan masih butuh kasih sayang, apalagi disaat demam menyerang. Dulu saat masih tinggal di Turki bersama ibunya, setiap gadis itu sakit ia selalu mengeluh kepada tetangganya, seorang janda ditinggal mati oleh suaminya yang berusia 35 tahun dan bisa dikatakan cukup dekat dengannya. Agnes memanggil wanita itu Rose.
Setiap kali ia sakit, Rose selalu membawa Agnes kerumahnya agar dirawat. Tentu saja Rose harus membayar beberapa Lira kepada Chelsea, ibu Agnes. Karena ia beralasan jika butuh tenaga Agnes untuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah selama beberapa hari atau minggu. Dan tentu saja itu tidak gratis, Chelsea selalu meminta bayaran terlebih dahulu.