[بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم]
Semua ada jalannya, serahkan pada yang kuasa.
_______
"Kirain, terus ngapain Kakak di sini?" Zalfa memandang Zafran, seolah-oalah mau tahu apa urusan Zafran sama di ruangan Pak Joko. Zafran sama saja dengan sosok lelaki di luaran sana. Pikir Zafran.
"Ada perlu sama Pak Joko." Jawab Zafran ketus, dengan memasukan tangan di kedua saku celananya.
Zafran tidak menghiraukan gadis itu, ia lebih memilih mengetuk ruangan Pak Joko, tak lama ada sautan dari dalam ruangan untuk mempersilakan masuk. Zafran mendorong tuas pintu.
"Saya duluan Kak yang masuk, saya duluan yang datang ke sini." Protes Zalfa, memang benar dia yang datang duluan, tapi yang mengetuk pintu siapa?
"Tap.... iya sudahlah masuk sana duluan!" Zafran memilih mengalah, tidak mau ribut juga dengan Zalfa. Sudah lelah, dia meladeni gadis itu.
"Laki-laki mah ngalah ya." Lirih Zalfa. Ia pun masuk terlebih dahulu, kemudian diikuti Zafran di belakangnya. Di dalam ruangan memperlihatkan Pak Joko yang tengah duduk di kursi kebesarannya.
"Silahkan duduk!" Ucap Pak Joko.
Mereka duduk di kursi di depan meja Pak Joko. Zalfa menggeser kursinya menjauh dari Zafran, sedangkan Zafran juga tidak peduli.
"Bapak ada kepentingan memanggil saya?" Pak Joko mengangguk. Sebelum Pak Joko berbicara lanjut....
"Bentar Pak! Saya ke sini mau mengumpulkan tugas kemarin, ini Pak tugasnya!" Zalfa malah mengalihkan pembicaraan. Zafran hanya menghela napas berat. Zalfa memberikan tugasnya itu kepada Pak Joko. Melihat itu, Zafran pasrah. Tunggu saja, jangan bikin ribut. Pak Joko mengecek satu persatu halaman tugas Zalfa.
"Baik saya terima, makalah kamu bagus, dan tulisannya juga rapi. Tapi saya ingatkan jangan sampai telat lagi." Nasihat Pak Joko. Zalfa mengangguk paham, akhirnya tugasnya selesai juga hari ini.
"Saya telat juga gara-gara batu- bara Pak." Saut Zalfa terdengar santai di telinga Zafran. Memang dia tidak tahu, konotasi batu bara itu.
"Maksud kamu?"
"Tidak Pak, saya usahakan tidak akan telat lagi." Ujar Zalfa. Kalau bicara di sini, sudah gugur nyalinya di depan Zafran.
"Iya Zafran, kamu sudah tahukan tugasnya kamu apa, dan ini buku dengan absen mahasiswa." Jelas Pak Joko. Zalfa masih ada di samping Zafran yang setia mendengarkan dengan seksama. Seperti obat serangga mungkin, padahal urusannya sudah selesai tapi tetap di tempat.
"Iya, Pak. Terimakasih. Kalau begitu saya pamit." Ucap Zafran, menyalami Pak Joko di depannya.
"Saya juga pak, permisi assalamualaikum." ikut Zalfa. Mereka beranjak dari duduk dan Zalfa menyalami Pak dosen dengan isyarat tangan menakup di dada.
"Dasar plagiat ikut - ikut saja!" Lirih Zafran. Namun telinga Zalfa yang peka mendengar ucapan itu. Keduanya kemudian langsung keluar. Tidak enak kalau menanggapi ucapan Zafran tadi.
Saat diluar Zalfa, baru berucap, "Enak saja saya juga mau ke kelas saya." Zalfa kesal tidak terima. Matanya menyipit, sabar menghadapi satu sama lain.
"Dasar cewek,maunya menang sendiri,lama lama aku kalungan medali kemenangan juga ini."
Daripada meladeni Zalfa, ada keperluan yang lebih penting dari meladeni gadis itu. Zafran berjalan menuju tempat tujuannya. Zafran melihat daftar mahasiswa, di jurnal yang Pak Joko berikan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presma Pesantren
Aktuelle LiteraturGus dan Santri. Kisah klasik sering kali ditemukan. Tak lain dengan Zalfa gadis 19 tahun yang punya kegaguman dengan Zafran. Tidak lain ialah anak pemilik pondok pesantren yang ia tempat, dan lagi? Dia seorang Presiden Mahasiswa di kampusnya. Dia la...