#Bab 8. Tumbuh

58.2K 6.5K 80
                                    

[بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم]

Mohonlah kepada-Nya kekuatan, jikalau hanya kemudahan, kau akan terlena dengan kehidupan.
_________

Setelah memberitahukan teman-teman Zalfa, Zafran pulang ke rumah untuk menjemput Zahra, bergantian dengan Umi menjaga Zalfa. Ia tidak mau Umi nya itu kecapean menjaga Zalfa di rumah sakit. Ia sebenarnya tidak enak kepada Umi. Mau bagaimana lagi. Terlihat Zahra sedang menonton TV di ruang keluarga.

"Kamu siap-siap gih kita kerumah sakit lagi!"

"Iya sebentar!" Zafran menuju kamarnya untuk bersiap membawa baju ganti untuk solat.

Tidak lama kemudian Zahra turun dari kamarnya, mereka  bergegas ke rumah sakit menaiki motor Zafran. Sebelum ke rumah sakit Zafran memutuskan untuk membeli beberapa buah-buahan.
Setelahnya kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit mereka segera menuju ruang rawat Zalfa. Terlihat Umi dan Zalfa tengah mengobrol.

"Sudah makan belum, kamu pulang kuliah langsung ke sini, Nak?" Tanya Umi Halimah.

"Tadi di makan, Mi. Sempat pulang juga ke rumah." Umi Halimah hanya menganggukkan kepalanya.

"Umi pulang saja gantian kami yang menjaga Zalfa!" Saran Zafran, Umi Halimah hanya mengiyakan. Kasihan juga dari pagi sampai sore di sini.

Zalfa mengecup tangan Umi sebagai tanda takdzimnya kepada umi, tidak lupa juga dengan Zafran dan Zahra juga menyalaminya. Zafran mengantar umi ke depan untuk menunggu taxi online.

"Mbak udah baikan kah?'' Tanya Zahra.

"Alhamdulilah, sudah lumayan membaik." Jawab Zalfa lebih terlihat membaik dari wajahnya yang tidak sepucat kemarin.

"Alhamdulillah."Zahra kemudian duduk di kursi samping ranjang Zalfa.

"Ning, Gus Zafran memangnya orangnya dingin begitu ya?"

"Ya begitulah Bang Zafran Mbak, kalau dia di lingkungan luar apalagi sama perempuan, dia tuh sifatnya dingin dan terkesan cuek, tapi sama keluarga dia itu ramah, ceria, murah senyum gitu, kadang suka jail juga. Ada suatu alasan ia dingin dengan perempuan, bahkan enggak mau hati lagi." Dahi Zalfa mengernyit, tidak mau buka hati lagi? Punya pengalaman kelam tentang percintaan kah? Atau mungkin sudah ada seseorang dari masa lalunya?

"Kenapa memangnya Mbak?" Tanya Zahra, tiba-tiba Zalfa bertanya soal Zafran.

"Enggak apa-apa, tanya saja!"Entah apa yang mendorong Zalfa bertanya itu kepada Zahra, seolah-olah ingin tahu lebih banyak tentang sosok Zafran.

"Tanya apa tanya ini Mbak?" goda Zahra.

"Tanya Ning?!"

Sedang hanyut dalam obrolan mereka. Zafran kembali ke dalam ruangan, membuat keduanya reflek menengok ke arah Zafran yang masih berdiri diambang pintu.

"Kuping Abang kok panas ya Dek, kenapa ya?" Tanya Zafran, ia benar saja telinganya terlihat memerah. Peka juga  Zafran kalau lagi diomongin.

"Masukin kulkas saja Bang itu kuping, biar dingin!" Celetuk Zahra asal. Zafran hanya berdecak pelan, lebih tepatnya tidak mau ribut dengan Adiknya di depan orang sakit.

"Lapar enggak Dek?"

"Lah tadi katanya sudah makan, gimana sih Abang nih?!"

"Sekarang lapar lagi, iya sudah Abang mau ke masjid, sekalian mau beli makan, kamu mau nitip apa?" Tanya Zafran, berhubung adzan maghrib sudah mulai berkumandang.

Presma Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang