. [بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم]
Jika usaha belum membuahkan hasil juga, kuatkan dan langitkan doamu.
_______Mereka menabrak orang dihadapan, minuman dingin yang dibawa mengenai seseorang itu.
"Maaf, maaf!" Ucap Zalfa dan Fatimah seraya membereskan minuman yang tumpah.
"Sudah tiga kali Mbak nabrak saya, nggak punya mata apa?" Bentaknya kesal, lagi lagi perempuan di hadapanya berbuat ulah lagi. Fatimah hanya menunduk, kenapa dia?
"Ini mata Kak!" Zalfa menunjuk matanya, Ia terlihat sok polos.
"Jangan becanda, Mbak harus tanggung jawab! Kotor ini baju, bentar lagi saya mau ada rapat!!" Jelas Zafran. Iya orang yang ditabrak Zalfa itu Zafran laki-laki ini lah yang selalu membuat dirinya terusik.
"Terus bagaimana Kak?" Tanya Zalfa, sedangkan Fatimah makin tertunduk. Entah, atau Fatimah menjaga pandangannya dari laki-laki tersebut.
"Ambilkan baju saya di rumah!" Enteng sekali bicara. Zalfa terlihat tidak percaya dengan apa yang diucapkan Zafran. Ia juga tidak mau harus kembali pulang ke pesantren untuk mengambil baju Zafran saja.
"Apa? Saya masih ada kelas Kak!" Tolak Zalfa, semoga ditoleran Zafran. Namun balik lagi dengan sifat Zafran yang sedikit keras kepala.
"Berani berbuat, harus tanggungjawab." Zafran bersikukuh, dasar batu bara.
"Tapi_"
"Tidak ada tapi - tapian!" Tegas Zafran seakan-akan tidak mau kalah dengan Zalfa, saat itu.
"Iya sudah si Zaf!" Ujar Kak Ali yang sedari tadi di samping Gus Zafran, kelihatanya Kak Ali ramah tidak seperti Zafran. Bukannya membandingkan tetapi kenyataannya memang begitu. Jika sudah mengenal kedua lelaki tersebut.
"Diam Al, ini kotor enggak etis banget buat rapat." Aduh Zafran kepada Kak Ali.
"Sudah Kak Al enggak apa - apa, biar saya ambilkan baju Kak Zafran dirumahnya." Zalfa pasrah dan menurut ucapan Zafran. Lagi-lagi dia mudah saja di suruh Zafran. Mereka kemudian beranjak dari hadapan Zalfa dan Fatimah.
"Dasar batu bara, gampang kebakar." Ucap Zalfa lirih. Tapi masih terdengar ditelinga Zalfa.
"Batu kali, Ya Allah." Balas Zafran. kalau bukan anak Kyai Abdullah. Sudah dicaci maki Zafran.
"Saya tunggu diruang BEM!" Gus Zafran menengok menatap sinis Zalfa. Ali makin membawa Zafran menjauh dari Zalfa, jika mereka dipersatukan bisa jadi ada perang dunia kesekian.
Zalfa pamit kepada Fatimah karena Zalfa harus pulang lagi untuk mengambilkan baju Zafran emang ya itu orang kepala batu bara. Zalfa pun segera memesan ojek online agar lebih cepat kebetulan dari kampus ke pesantren hanya 20 menit.
Sesampainya di ndalem Zalfa mengetuk pintu. Tidak lama Umi Halimah yang membukakan pintu. Zalfa kemudian mencium takdzim tangan Umi Halimah.
"Iya Umi, tadi disuruh Gus Zafran buat ambil baju Gus Zafran, bajunya tadi kesiram minuman saya, Mi." Jelas Zalfa dengan Umi dari Zafran. Umi Halimah tersenyum mengelus bahu Zafran, anaknya satu itu memang berbeda dari saudara-saudaranya yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Presma Pesantren
General FictionGus dan Santri. Kisah klasik sering kali ditemukan. Tak lain dengan Zalfa gadis 19 tahun yang punya kegaguman dengan Zafran. Tidak lain ialah anak pemilik pondok pesantren yang ia tempat, dan lagi? Dia seorang Presiden Mahasiswa di kampusnya. Dia la...