[بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم]
Diri kita tidak seperti apa yang orang lihat, karena pandangan orang tentang kita sesuai penglihatan mereka.
________
Tengah malam Zalfa terbangun, melihat Zahra yang tidur dengan lelapnya di sofa. Zalfa memposisikan diri untuk duduk walaupun masih terasa nyeri di area perutnya akibat tusukan kemarin. Pandangan Zalfa tertuju ke samping bangsalnya, ternyata Zafran sedang khusuk berdoa, mungkin habis solat tahajud.
"Astaghfirullah, aku belum solat isya." Lirih Zalfa. Baru menyadari kalau belum solat isya, karena udzurnya solat hanya tidur dan lupa, dan kalaupun ingat wajib diqodho. Zalfa segera bangun dengan menahan nyeri diperutnya.
"Mau ngapain?" Ucap Zafran, menyadari pergerakan dari Zalfa. Ia kemudian melipat sajadahnya dan menaruhnya di nakas.
Iya kali mau pencak silat....
"Iya Gus, Saya mau ke kamar mandi." Jawab Zalfa.
"Ya sudah saya bangunin Zahra dulu buat nganterin." Ucapnya menuju ke sofa dimana Zahra tidur disana. Zalfa melihat Zahra yang begitu nyenyak tidur, tidak tega rasanya membangunkan.
"Tidak usah Gus! Biar saya sendiri saja."
"Ya sudah." Jawabnya santai.
Zalfa berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, dan tidak Zalfa sangka, Zafran mengikuti dari belakang. Ia menunggu di depan pintu kamar mandi. Zalfa segera berwudhu tidak enak dengan Zafran lebih tepatnya. Ketika selesai, ia kembali membuka pintu, ternyata Zafran masih di tempat.
"Sudah?" Tanya Zafran. Pertanyaan basa-basi sebenarnya, sudah tahu sudah di luar, kenapa harus bertanya lagi.
"Sudah Gus, terima kasih."
"Hmm." Hanya deheman sebagai respon ucapan Zalfa tadi. Singkat, padat dan membingungkan.
Irit sekali bicaranya itu kulkas , udah, hemm, apa, hemat ya Gus. Lama lama saya downloadin kata-kata ya. Batin Zalfa.
Mereka kembali ke ruang rawat, dengan Zafran yang masih setia dibelakang Zalfa.
"Gus ada mukena?" Tanya Zalfa.
"Sebentar!" Zafran menuju meja depan sofa, ia mengambil mukena di tasnya Zahra. Zafran memberikan mukena tadi ke arah Zalfa.
"Kalau enggak kuat berdiri, sambil duduk saja!" Ucapnya, Zalfa mengambil mukena darinya.
"Iya, makasih Gus." Ia kemudian naik ke ranjang, memakai mukena tersebut. Zalfa segera menunaikan solat di bangsal.
Setelah selasai solat ia memutuskan untuk kembali tidur, sedangkan Zafran sudah terlelap kembali di samping adiknya dengan posisi Zafran duduk menyadar dan pahanya menjadi bantalan Zahra. Zalfa tersenyum tipis melihat pemandangan itu."Jadi iri, Astaghfirullahaladzim Zalfa." Zalfa menggeleng menepis pikiran konyolnya itu. Ada-ada saja. Perlahan Zalfa membaringkan badannya diatas bed, masih sakit sekali.
🍁
🍁🍁🍁Subuh sudah berkumandang, sedangkan
Zafran menunaikan solat subuh di masjid, sementara Zalfa dan Zahra di ruang rawat. Setelah solat obrolan Zalfa dan Zahra mengalir begitu saja, tentang pesantren dan juga tentang Zafran. Saking asiknya ngobrol, mereka tidak mengetahui kalau Zafran sudah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presma Pesantren
Ficção GeralGus dan Santri. Kisah klasik sering kali ditemukan. Tak lain dengan Zalfa gadis 19 tahun yang punya kegaguman dengan Zafran. Tidak lain ialah anak pemilik pondok pesantren yang ia tempat, dan lagi? Dia seorang Presiden Mahasiswa di kampusnya. Dia la...