Bab 29. Orang Tidak Dikenal

51K 5.3K 142
                                    

Kini Zalfa berada di kamarnya pasalnga seharusnya ini jadwalnya Gus Zafran berhubung sedang ada acara. Sehingga jadwal yang seharusnya diisi beliau menjadi terbengkalai. Gadis itu sedang berkutat dengan laptopnya mengerjakan tugas kuliahnya. Dibilang menumpuk, namanya juga anak kesehatan tidak lepas dari yang namanya lapak. Sementara yang lain sedang mayoran istilah anak pondok atau secara umum bisa diartikan makan bersama.

"Za  beneran ini enggak mau makan? Kita habisin nih?" ucap Ulfa yang masih dengan mulut yang penuh makanan. Hanya anggukan sebagai respon yang Ulfa terima.

Fokus Zalfa teralih ke ponselnya yang  bergetar. Sengaja ia hanya dengan mode getar saja.

"Asalamualaikum, Ma. Lah tumben VC, biasane chat seminggu ke depan baru di balas."ucap Zalfa ketika melihat wajah Mamahnya yang tengah tersenyum diseberang sana.

"Waalaikumusalam.  Perasaan Mamah sudah balas deh."

"Iya...iya di balas dalam hati sambil nyapu." Keduanya terkekeh bersama. Sama-sama pernah mengalami.

"Halo tante! Kenalin temannya Zalfa." Sahut yang lain, tiba - tiba muncul di layar ponsel, sembari melambaikan tangan sebagai sapaan mereka.

"Ohh kalian teman - teman Zalfa ya yang kata Zalfa pada "Somplak"?" Sial, jujur sekali Mamahnya ini. Kalau begitu seharusnya ia tidak menceritakan ini.  Hana and the geng, melirik tajam ke arah Zalfa. Sementara Zalfa mengalihkan pandangannya kembali ke layar ponselnya, ngeri.

"Ada Papah di sini. Mau bicara enggak sama Papah?" Tanya Bu Salma kemudian memberikan ponselnya ke suaminya.

"Zalfa kangen deh sama Papa, sehat Pa?"

"Alahamdulilah, Nak. Papa sehat."

"Ada apa ya Pa? Tumben hubungin jam segini."

"Ada yang Papa sama Mama omongin sama kamu. Langsung aja ya Za, kamu sudah dikhitbah seseorang " Zalfa meringis, masih mencoba mencerna perkataan Papanya.

"Sudah ada yang milih ini. Wah laku dong. Lah tadi siapa yang dikhitbah?" Diseberang sana, Papanya terkekeh. Mendengar ucapan Zalfa yang agak rancu, dan belibet.

"Za? Masih denger kan?"

"Eh iya, Pah. Zalfa minta waktu mencerna ini semua. Ini terlalu dadakan dan Semboro banget itu yang ngelamar. Kalau sat set gini iya bikin ketat - ketir."

"Jadi kamu terima khitbahnya?"

"Kasih kesempatan Zalfa buat istirahat, astaghfirullah maksudnya isitikhadoh, ah istikharah. Astaghfirullah ... Astaghfirullah." Lagi panik, terkejut, malah diketawain disana.

"Zalfa pengen tahu namannya siapa boleh Pa?" Penasaran juga siapa yang mengkhitbahnya.  Teman laki-laki bisa dihitung.  Kenal dimana dia? Kok berani - beraninya langsung menghadap Papanya."

"Boleh. Namanya..."

"Huaaa pergi hih... Itu ada kurma, ada kurma ih geli aku." Teriak Hana, otomatis fokus Zalfa teralihkan. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Hana yang sedang lompat, jingkrak-jingkrak. Tidak cuma Hana tapi yang lain juga mencak mencak histeris.

"Kenapa wahai penghuni Jannah?" Tanya Zalfa.

"Kecoa Za, itu hiii." Sahut Hana, dengan badan yang bergidik ngeri.

"Cuma kecoa takutnya kaya lagi ketemu pengurus yang baru dilantik." Ucap Zalfa tidak acuh.

"Maaf, tadi ada insiden sedikit." Zalfa kembali fokus menatap layar ponselnya.

"Iya sudah iya, Mamah matiin dulu." Ucap Mamah Zalfa.

"Mah ... Mah tadi siapa namanya. Zlafa mau lihat wajahnya."

Presma Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang